Rabu 20 Oct 2021 15:10 WIB

Pentingnya 'Menabung' Kalsium demi Cegah Osteoporosis

'Menabung' kalsium bisa dilakukan mulai dari usia 20 hingga awa 30 tahun.

Red: Nora Azizah
'Menabung' kalsium bisa dilakukan mulai dari usia 20 hingga awa 30 tahun.
Foto: Flickr
'Menabung' kalsium bisa dilakukan mulai dari usia 20 hingga awa 30 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis rematik dan sendi lulusan Universitas Airlangga, DR dr Awalia, SpPD-KR, FINASIM, menyarankan orang-orang yang berusia 20 tahun hingga awal 30 tahun menabung kalsium. Hal ini guna mencegah terkena osteoporosis.

"Usia 20 sampai awal 30 tahun adalah rentang usia pada kondisi puncak massa tulang sehingga sangat disarankan untuk menabung kalsium guna mencegah osteoporosis," kata dia dalam melalui siaran pers, dikutip Rabu (20/10).

Baca Juga

Menurut Awalia, cara menabung yang tepat, yakni melakukan olahraga rutin untuk meningkatkan kepadatan tulang. Selain itu, mengimbangi dengan konsumsi makanan bergizi dan kalsium tinggi untuk mendapat kebutuhan vitamin dan mineral yang cukup dalam pembentukan tulang.

Osteoporosis biasanya menyerang orang dengan usia lanjut, namun usia tidak menjadi satu-satunya faktor penyakit ini. Kurangnya asupan kalsium dan aktivitas fisik juga menjadi faktor utama seseorang mengalami osteoporosis.

Menurut data, diperkirakan 2 dari 5 penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis yang bersifat tidak bergejala. Terkait olahraga yang dibutuhkan untuk mencegah osteoporosis, Awalia mengatakan, gerakan melatih kekuatan otot dengan menggunakan badan sebagai penopang berat bisa menjadi pilihan. Menurut dia, olahraga seperti ini sangat penting untuk menjaga rangka tubuh dan menaikan massa otot.

"Seiring meningkatnya massa otot maka tulang juga akan terlindungi. Ketika kita memiliki massa otot yang baik maka aktivitas sehari-hari akan ditopang oleh otot sehingga tidak mengurangi kepadatan tulang atau tidak mudah jatuh," tutur Awalia.

Koordinator Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr Lily Banonah Rivai, MEpid, menjelaskan bahwa osteoporosis perlu diwaspadai karena bisa terjadi kepada siapa saja dan tidak menunjukkan gejala. Lily mengatakan, berdasarkandata Infodatin Osteoporosis 2020, terdapat dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis.

"Osteoporosis perlu diwaspadai karena dapat terjadi tanpa gejala hingga terjadi patah tulang, sehingga disebut dengan silent disease," kata Lily.

Lebih lanjut, risiko osteoporosis bergantung pada seberapa banyak massa tulang yang dicapai di masa muda. Di usia muda, tubuh akan membuat tulang baru lebih cepat dan massa tulang meningkat. Setelah awal usia 20-an, proses ini melambat, dan kebanyakan orang mencapai puncak massa tulang pada usia 30 tahun. 

Setelah usia ke-35, kepadatan tulang akan terus berkurang 0,3 persen hingga 0,5 persen per tahun. Lily mengatakan, pemenuhan nutrisi dan gerak aktif akan lebih efektif jika dilakukan sejak masih muda untuk pertumbuhan tulang optimal, sehingga memiliki kondisi fisik yang sehat dan tetap merasa muda meski sudah usia lanjut. Pada usia lanjut, pemenuhan nutrisi untuk tulang tetap dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang agar tidak terus menurun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement