Rabu 20 Oct 2021 16:25 WIB

BNPB: Jumlah DAS Kritis Meningkat Setiap Tahun

Peningkatan DAS kritis berdampak pada kehidupan manusia, seperti pencemaran.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menegaskan, jumlah daerah aliran sungai di Indonesia yang kritis terus mengalami peningkatan setiap tahun.
Foto: ANTARA FOTO/ADWIT B PRAMONO
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menegaskan, jumlah daerah aliran sungai di Indonesia yang kritis terus mengalami peningkatan setiap tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menegaskan, jumlah daerah aliran sungai di Indonesia yang kritis terus mengalami peningkatan setiap tahun. Bertambahnya jumlah DAS kritis ini berdampak pada lingkungan.

"Dari data yang ada setiap tahun lahan kritis di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan perubahan drastis pada daerah aliran sungai atau DAS sebagai penjaga siklus hidrologis," kata Ganip di Ambon, Rabu (20/10).

Dikatakan, pada tahun 1984 jumlah DAS yang kritis ada 22, tahun 1994 meningkat menjadi 39 DAS kritis, Pada 1998, jumlahnya melonjak menjadi 62 DAS kritis dan tahun 2016 meningkat tajam menjadi 106 DAS kritis.

Jumlah lahan kritis sekitar DAS yang terus mengalami peningkatan dapat berdampak terhadap kehidupan manusia, antara lain berkurangnya suplai air untuk wilayah hilir, timbulnya bahaya banjir di musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Terjadi erosi dan sedimentasi di badan sungai, pencemaran air minum dan air sungai, serta keterbatasan pangan di wilayah hulu sehingga menjadi penyebab terjadinya kemiskinan dan keterbatasan energi.

Selain itu, terjadi degradasi dalam pelestarian lingkungan dan keterbatasan ruang yang dapat mengakibatkan korban jiwa dan kerugian secara sosial dan ekonomi bila terjadi bencana. Menurutnya, menghadapi dinamika pembangunan yang terjadi saat ini, maka tantangan penanggulangan bencana yang dihadapi bangsa Indonesia akan terus terjadi di masa depan.

"Kondisi ini timbul karena wilayah Indonesia berada dalam kawasan rawan bencana, dan akan terus berulang serta terjadi di tengah meningkatnya pertumbuhan penduduk di Tanah Air," ujarnya.

Ganip yang berada di Ambon dalam rangka menghadiri puncak peringatan Bulan pengurangan risiko bencana (PRB) 2021 yang dipusatkan di Kota Ambon menyatakan, tidak semua ancaman bencana yang dihadapi dapat dicegah. 

Ancaman geologi berupa gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, puting beliung merupakan jenis ancaman bencana yang sulit diprediksi karena terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan ancaman bencana yang dapat dicegah yakni bencana yang terkait dengan daya dukung lingkungan seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan.

Berbicara daya dukung lingkungan maka sangat terkait dengan kebijakan pembangunan dan implementasinya, maupun kebiasaan dan budaya masyarakat serta kerentanan bencana lainnya. Menyadari akan pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, maka aktivitas pengelolaan dan pelestarian sungai menjadi penting untuk dilakukan secara terus menerus.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement