REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Lembaga Antidoping Indonesia (LADI) dokter Rheza Maulana Syahputra menyatakan, tim khusus bentukan Kemenpora RI dan NOC Indonesia (KOI) tidak akan mengganggu kinerja lembaganya.
Menurut Rheza, pola kerja LADI dan tim khusus yang dikepalai Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari sangat berbeda. Sehingga, ia menjamin independensi LADI akan tetap terjaga.
"LADI tetap menyelenggarakan aktivitas antidoping di Indonesia. Tim khusus dibentuk karena adanya unsur kenegaraan dan kelembagaan. Sehingga tim khusus ini sebenarnya justru mendukung LADI," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (20/10).
Rheza menyampaikan, tim khusus itu bertugas untuk mengakselerasi data yang diperlukan untuk disampaikan kepada Agensi Antidoping Dunia (WADA) menyusul sanksi yang diterapkan kepada Indonesia. Salah satunya tak diperkenankannya bendera Merah-Putih dikibarkan saat atlet Indonesia beraksi di kejuaran regional dan internasional.
"Pengibaran Merah-Putih menjadi fokus tim khusus saat ini," ujarnya.
Dengan adanya tim khusus, ia optimistis komunikasi antara Kemenpora, NOC, dan LADI dapat berjalan lebih baik dan mencegah tumpang tindih kepentingan demi lepasnya hukuman yang diterapkan WADA.
"Karena tim khusus ini terdiri dari beberapa stakeholder, maka diharapkan komunikasi akan terjalin dengan baik," ucapnya.
Dalam kesempatan sama, Rheza mengatakan peralihan tongkat estafet kepengurusan organisasinya menemui kendala. Hal itu ditengarai menjadi salah satu penyebab ruwetnya urusan administrasi sampel antidoping atlet dengan WADA.
"Salah satu kendalanya memang itu, tapi ada juga faktor lain seperti pending matters seperti tahun lalu. Nah, komunikasi dengan pengurus lama lambat laun akan terus dilakukan," katanya.
Rheza mengatakan, belum ada peralihan kepengurusan secara resmi. Meski demikian, lanjutnya, pergantian semacam tongkat estafet keorganisasian juga tidak dilakukan sebelumnya.
"Pergantian kepengurusan ini kalau dibahas tidak akan selesai. Jadi bukan masalah pengurus lama atau baru. Fokus kita Merah-Putih," kata dia.
Rheza membenarkan timnya sudah bertandang ke Jayapura pada 7 Juni lalu untuk meninjau kondisi lapangan sebelum Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua berlangsung. Ia mengakui sebelum mendapatkan SK resmi, pihaknya sudah mulai bekerja secara informal. Hal tersebut tak lepas dari efisiensi kerja pada waktu yang sempit.
"SK baru keluar tanggal 30 Juni. Waktunya sangat mepet sekali karena kami tidak mungkin menunggu SK turun baru berangkat," katanya.