Kamis 21 Oct 2021 02:22 WIB

Presiden Bolsonaro Dituntut Atas Pembunuhan Korban Covid-19

Bolsonaro dituntut atas ketidakmampuannya menangani Covid hingga banyak jiwa melayang

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Brasil Jair Bolsonaro dituntut atas ketidakmampuannya menangani Covid hingga banyak jiwa melayang. Ilustrasi.
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro dituntut atas ketidakmampuannya menangani Covid hingga banyak jiwa melayang. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA - Presiden Brasil Jair Bolsonaro menghadapi tuduhan pembunuhan atas perannya dalam jumlah kematian virus corona (Covid-19) di negara tersebut. Sebuah rancangan dokumen berupa laporan terhadap krisis Covid di Brasil telah direkomendasikan oleh senat.

Dokumen setebal 1.078 halaman yang diterbitkan pada Selasa (19/10) sore waktu setempat itu belum akan dipilih oleh komisi sampai pekan depan dan belum dapat dimodifikasi oleh para senator. Namun draft teks itu melukiskan potret ketidakmampuan dan penyangkalan anti-ilmiah pemerintahan Bolsonaro. Hal itu diyakini banyak orang telah menentukan tanggapan pemerintahan Bolsonaro terhadap keadaan darurat kesehatan masyarakat yang telah menewaskan lebih dari 600 ribu orang Brasil.

Baca Juga

Laporan tersebut mengatakan keputusan Bolsonaro sengaja dan sadar untuk menunda pembelian vaksin Covid-19 membuat ribuan warga meninggal. "Matematika situasinya jelas: semakin banyak infeksi, semakin banyak kematian. Tanpa vaksin, kematian akan menjadi stratosfer ternyata," kata dokumen itu seperti dikutip laman The Guardian, Rabu (20/10).

"Kami tidak akan pernah lupa," kata laporan itu menambahkan. Laporan tersebut adalah buah eksplosif politik dari penyelidikan kongres enam bulan terhadap wabah Covid-19 di negara Amerika Selatan itu.

Draf laporan tersebut menuduh pemimpin sayap kanan Brasil itu melakukan total 11 kejahatan, termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan, hasutan untuk melakukan kejahatan, dan penipuan, karena mempromosikan pengobatan yang tidak efektif seperti obat antimalaria hydroxychloroquine. Tuduhan paling serius adalah penolakan Bolsonaro terhadap tawaran dari produsen vaksin selama tahun pertama epidemi Brasil sama dengan pembunuhan.

"Terlepas dari semua vaksin yang ditawarkan, pemerintah federal memilih untuk tidak membelinya, keputusan yang bertentangan dengan semua studi ilmiah yang menunjukkan keamanan dan efektivitasnya, dan bertentangan dengan saran dari semua ahli epidemiologi yang menyatakan setiap hari bahwa hanya vaksin yang akan menyelamatkan nyawa," tulis laporan itu.

"Keputusan untuk tidak memperoleh vaksin antara Juli 2020 dan setidaknya Januari 2021, yang tidak memiliki dasar teknis atau ilmiah, dan bertentangan dengan rekomendasi dari otoritas kesehatan internasional, akhirnya merenggut nyawa ribuan orang Brasil yang akan tidak diragukan lagi telah menggunakan vaksin semacam itu," sambung laporan itu.

Seorang aktivis sosial dan pemimpin gereja Brasil Antonio Carlos Costa mengatakan tiga kata mendefinisikan tanggapan Bolsonaro terhadap epidemi adalah ketidakmampuan, kecerobohan, dan ketidakpekaan. "Ini adalah saat-saat kelaparan, berkabung, kematian dan pengangguran, dengan jutaan orang membutuhkan. Ini adalah krisis terbesar dari generasi saya dan presiden bahkan tidak menunjukkan empati," kata Costa.

Kepresidenan Brasil belum secara terbuka menanggapi draft laporan penyelidikan Covid. Namun pada Senin lalu setelah kerabat korban virus corona memberikan kesaksian emosional kepada komite, putra senator Bolsonaro, Flavio Bolsonaro mengecam hal itu. Dia menyebutnya pernyataan itu sebagai tontonan mengerikan dan menyedihkan yang dirancang untuk menyerang ayahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement