REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Militer Suriah membalas serangan bom yang menyasar bus tentara dan menewaskan 14 orang pada Rabu (20/10). Aksi pembalasan tentara Suriah di Idlib menewaskan 12 orang.
Laporan menyebut, sekitar satu jam setelah ledakan bus, peluru menghujani Ariha di Idlib di barat laut negara itu, salah satu daerah terakhir yang masih dikuasai oleh milisi yang berperang melawan Presiden Bashar al-Assad. UNICEF melaporkan, empat anak dan seorang guru dalam perjalanan ke sekolah termasuk di antara mereka yang dipastikan tewas.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau, menyebutnya sebagai serangan paling mematikan di Idlib sejak Maret 2020. Petugas penyelamat mengatakan setidaknya 30 orang terluka.
"Jumlah anak-anak yang terluka dan tewas terus meningkat," kata UNICEF dalam sebuah pernyataan.
Belum ada klaim tanggung jawab langsung atas pengeboman terhadap tentara Suriah. Media pemerintah pun diam tentang penembakan Idlib.
Sebelum serangan tentara ke Idlib, bus yang membawa pasukan diledakkan di dekat sebuah jembatan di pusat kota Damaskus. Sebuah sumber militer yang dikutip oleh media pemerintah mengatakan dua bom telah dipasang di kendaraan sebelumnya. Sedangkan tentara menjinakkan sepertiga.
Selama satu dekade konflik di Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang. Meskipun pertempuran besar sebagian besar telah mereda dalam beberapa tahun terakhir dengan pemerintah Assad sekarang mengendalikan hampir semua kota besar dan kecil.