Kamis 21 Oct 2021 15:48 WIB

Amnesty Serukan Sri Lanka Akhiri Diskriminasi Muslim

Muslim di Sri Lanka mengalami diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan sejak 2013.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Amnesty Serukan Sri Lanka Akhiri Diskriminasi Muslim. Kerusuhan anti-Muslim di Sri Lanka.
Foto: Republika.co.id
Amnesty Serukan Sri Lanka Akhiri Diskriminasi Muslim. Kerusuhan anti-Muslim di Sri Lanka.

REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Amnesty International (AI) mendesak pemerintah Sri Lanka untuk mengakhiri kekerasan dan diskriminasi terhadap minoritas Muslim. Komunitas Muslim di Sri Lanka telah mengalami diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan yang konsisten sejak 2013.

Berdasarkan laporan berjudul Dari Rumah yang Terbakar hingga Tubuh yang Terbakar: Pelecehan, Diskriminasi, dan Kekerasan Anti-Muslim di Sri Lanka mengklaim Islamofobia telah meningkat di tengah lonjakan nasionalisme Sinhala-Buddha, terutama setelah Serangan teroris Minggu Paskah 2019, yang diklaim oleh sel Daesh lokal dan mengakibatkan kematian lebih dari 250 orang. 

Baca Juga

Pada 2016, pemerintah saat itu mengumumkan 32 Muslim Sri Lanka dari keluarga terdidik dan elite bergabung dengan ISIS di Suriah. Diskriminasi semacam itu telah berkembang dari serangan massa hingga kebijakan pemerintah yang dimaksudkan untuk meminggirkan komunitas Muslim. Termasuk mengkremasi paksa korban Covid-19 Muslim dan aturan baru yang melarangan cadar dan madrasah.

Permusuhan anti-Muslim dikatakan telah meningkat pada 2013, ketika kelompok nasionalis Buddha berhasil melobi pemerintah untuk melarang sertifikasi halal makanan. Hal ini menyebabkan peningkatan serangan terhadap masjid dan bisnis Muslim, dengan impunitas.

Sementara sentimen anti-Muslim di Sri Lanka bukanlah hal baru, situasinya telah menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir. Insiden kekerasan terhadap Muslim, yang dilakukan dengan persetujuan diam-diam dari pihak berwenang, telah terjadi dengan frekuensi yang mengkhawatirkan. "Ini telah disertai dengan adopsi oleh retorika dan kebijakan pemerintah saat ini yang secara terbuka memusuhi Muslim," kata Wakil Sekretaris Jenderal AI Kyle Ward.

"Pihak berwenang Sri Lanka harus mematahkan tren yang mengkhawatirkan ini dan menegakkan tugas mereka untuk melindungi Muslim dari serangan lebih lanjut, meminta pertanggungjawaban pelaku dan mengakhiri penggunaan kebijakan pemerintah untuk menargetkan, melecehkan, dan mendiskriminasi komunitas Muslim," katanya.

AI menuduh pemerintah Sri Lanka saat ini, sejak menjabat tahun lalu, terus menargetkan dan mengkambinghitamkan populasi Muslim untuk mengalihkan perhatian dari masalah politik dan ekonomi. Muslim Sri Lanka, yang sebagian besar Sunni, dibagi menjadi tiga latar belakang etno-sosial utama: Moor Sri Lanka (yang sebagian besar berbicara bahasa Tamil tetapi menelusuri nenek moyang mereka ke pedagang Arab yang menetap di pulau itu dari abad ke-8), Moor India, dan Melayu.

Colombo Gazette melaporkan pemerintah telah menjamin keselamatan dan keamanan komunitas Muslim. "Kami adalah pemerintah yang bertanggung jawab. Kami ingin menegaskan kembali fakta kami akan menjaga kepentingan semua komunitas di negara ini, termasuk Muslim, Tamil, dan Sinhala," kata juru bicara kabinet Ramesh Pathirana.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement