Kamis 21 Oct 2021 17:57 WIB

Pandangan Islam Soal Prank

Orang bercanda dalam Islam itu boleh tetapi bohong itu tidak boleh.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Esthi Maharani
Seorang warga ketakutan saat melihat pocong yang ternyata hal ini merupakan aksi jahil atau prank untuk diunduh di Youtube dan mendapatkan banyak subscribe dari penonton
Foto: Youtube
Seorang warga ketakutan saat melihat pocong yang ternyata hal ini merupakan aksi jahil atau prank untuk diunduh di Youtube dan mendapatkan banyak subscribe dari penonton

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Aswaja Center Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Misbahul Munir, menyampaikan penjelasan soal perbuatan menjahili orang lain yang kini disebut dengan 'prank'. Perbuatan ini kerap dilakukan oleh anak-anak muda terutama mereka yang aktif di media sosial dengan memuat konten prank tersebut.

Kiai Misbah mengatakan, orang bercanda dalam Islam itu boleh tetapi bohong itu tidak boleh. "Nabi Muhammad SAW bercanda itu pernah, tetapi tidak boleh berbohong atau membohongi orang," tutur dia kepada Republika.co.id, Kamis (21/10).

Perbuatan menjahili atau mengerjai orang lain atau yang sekarang dikenal dengan istilah prank, itu sering kali menakuti dengan menggunakan perangkat yang membuat orang lain kaget. Ini mungkin menjadi lucu bagi orang yang menyaksikannya, tetapi bagi yang menjadi korban, tentu menyusahkan bahkan bisa bikin panik.

"Karena itu, Nabi SAW memang pernah bercanda tetapi jangan sampai bohong. Kalau prank itu kan ada unsur membohongi orang, menakuti orang. Ini bercanda yang kebablasan," kata Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Dalam sebuah riwayat, seorang wanita tua mendatangi Nabi Muhammad. "Rasulullah, doakanlah agar aku masuk surga," pinta wanita tua. "Nenek, orang tua tidak akan masuk surga," kata Nabi. Mendengar ucapan yang sebenarnya hanya canda itu, wanita tua itu menangis dan pergi.

Nabi SAW kemudian berkata kepada para sahabat, "Beritahulah ia bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua seperti itu karena Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan, kami jadikan mereka gadis perawan." (Al-Waqi'ah: 35-36).

Kiai Misbah menjelaskan, apa yang dilakukan Nabi SAW sebetulnya tidak mengandung kebohongan karena apa yang dikatakannya memang demikian adanya, yakni tidak ada wanita tua di surga. Namun, karena ketidakpahaman sang nenek, kisah tersebut memiliki sisi humoris dan menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah bercanda tanpa kebohongan.

"Itu beda dengan yang prank ini. Ditakuti dengan pocong, apalagi sampai membahayakan keselamatan. Ini harus dihindari dan diingatkan supaya tidak tambah menjadi-jadi. Karena ini bisa menarik orang untuk menonton," tuturnya.

Kiai Misbah juga mengingatkan, dalam prank itu sebetulnya tidak hanya soal candaan. Dia mengatakan, prank itu dibuat untuk mendapatkan uang. Inilah faktor utama mengapa banyak orang yang ingin melakukan prank. Lantas, apakah boleh mencari uang dengan cara seperti itu?

"Sering kali bukan hanya sekadar bercanda dan lelucon, tetapi ada unsur untuk mendapatkan uang saat membuat konten prank. Maka, mendapatkan uang dengan cara bohong jelas tidak boleh. Mendapatkan uang dengan membuat panik orang lain dengan maksud membuat penonton tertawa. Tetapi sebetulnya yang dimaksud itu menertawakan orang yang panik, yang ketakutan," paparnya.

Karena itu, Kiai Misbah memandang bahwa bercanda atau prank dengan cara berbohong adalah perbuatan yang dilarang dan haram. Meskipun, pada akhirnya si pembuat konten prank itu meminta maaf kepada orang yang menjadi korban prank.

"Itu sama saja dengan habis memukul orang lalu minta maaf. Tapi ini jelas tidak sengaja. Nah, kalau prank ini, kan sengaja. Dan targetnya apalagi untuk membuat konten. Maka kalau ini dibiarkan dan dianggap hal biasa, ya bahaya," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement