REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Operasi penggantian lutut pada pasien berusia di bawah 40 tahun dinilai dapat memberikan lebih banyak dampak buruk dibandingkan manfaat. Dokter menyarankan beberapa alternatif terapi lain yang juga dapat membantu.
Osteoarthritis pada orang berusia muda dapat disebabkan oleh operasi pengangkatan cedera meniskus, tulang rawan berbentuk C di lutut, atau cedera pada tulang rawan artikular (kondro) dan tulang di bawahnya, atau insufisiensi ligamen. Kondisi ini dapat mengganggu keselarasan lutut karena tulang rawan mendapatkan tekanan abnormal dari kompartemen yang terdampak, sehingga menyebabkan rasa sakit dan kesulitan berjalan.
Operasi penggantian lutut merupakan salah satu metode pengobatan yang dapat dipertimbangkan untuk pasien osteoarthritis. Akan tetapi, opsi ini biasanya lebih direkomendasikan untuk pasien berusia lebih tua.
"Umumnya, prosedur ini ditawarkan setelah (pasien) berusia 60 tahun," jelas ahli ortopedi senior dari Indian Spinal Injuries Centre Dr Vivek Mahajan, seperti dilansir Times Now News, Kamis.
Sementara itu, untuk pasien berusia di bawah 40 tahun, ada beberapa alternatif lain yang dapat dipertimbangkan. Salah satu di antaranya adalah operasi regenerasi tulang rawan.
Operasi ini dilakukan dengan menggunakan tulang rawan yang "ditumbuhkan" di laboratorium. Bila diobati tepat waktu, tulang rawan ini bisa bertumbuh seperti tulang rawan alami pada area yang terdampak.
"Dan (pasien) bisa menghindari operasi penggantian lutut," ujar dokter bedah penggantian sendi senior dan direktur NHS Hospital Dr Shubhang Aggarwal.
Dr Aggarwal menilai, pasien arthritis muda dengan perubahan degeneratif pada satu kompartemen sendi lutut terlalu mendapatkan penekanan untuk operasi penggantian lutut. Dr Aggarwal mengatakan, saat ini memang sudah ada operasi robotik yang dapat memberikan penyelarasan sempurna dan memastikan implan dapat bertahan hingga 30 tahun.
"Tapi, disarankan metode terapi alternatif bagi pasien yang sangat muda khususnya dengan osteoarthritis, meski operasi perlu dipertimbangkan," ujar Dr Aggarwal.