REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk meluncurkan layanan BNI Xpora di BNI Kantor Cabang Sebelas Maret di Solo, Jawa Tengah, Kamis (21/10). Melalui layanan tersebut, BNI berupaya memfasilitasi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Solo dan sekitarnya ke pasar ekspor.
BNI Xpora diharapkan memberi solusi terintegrasi untuk mendampingi dan mendorong UMKM menjadi lebih produktif, memiliki literasi dan kapabilitas digital, serta mampu mengembangkan usahanya hingga menembus pasar ekspor.
Head of Regional BNI Kantor Wilayah 17, Muhammad Hisyam, mengatakan, BNI Xpora telah diluncurkan di tujuh kota, salah satunya wilayah 17 yang mencakup DIY dan Jawa Tengah bagian selatan. Dari cakupan wilayah tersebut, industri yang bergerak di bidang ekspor impor di Solo paling tinggi, terutama industri garmen dan furnitur/mebel.
"Solo yang pertama, konteksnya karena melihat angka-angka menunjukkan Solo paling tinggi," kata Hisyam kepada wartawan seusai acara peluncuran BNI Xpora.
Dia menyebut, sampai saat ini sudah ada sekitar 70 nasabah baru yang mendapatkan layanan BNI Xpora di wilayah DIY dan Jateng bagian selatan. Sebagian besar nasabah tersebut merupakan industri yang bergerak di bidang garmen, kerajinan tangan, dan furnitur. Jumlah kredit yang disalurkan sejak Agustus 2021 sampai saat ini senilai Rp 300 miliar khusus program BNI Xpora di wilayah 17.
"Ini khusus di sektor menengah dan kecil. Sampai akhir tahun target kami menyalurkan sampai Rp 600 miliar," imbuhnya.
Hisyam mengklaim, sekarang ini pesanan yang diterima para pelaku UMKM tersebut hingga akhir tahun sudah selesai. Para UMKM itu sampai menolak pesanan karena kapasitas produksinya tidak kuat.
Negara tujuan ekspor tergantung jenis produk. Jenis garmen lebih banyak diekspor ke negara Amerika Latin dan Kanada. Produk furnitur dan kerajinan tangan diekspor ke Korea. Sedangkan kayu lapis atau produk berbahan dasar pinus banyak dikirim ke Jepang dan Korea.