REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Imam Masjid Islamic Center of New York yang juga Presiden Nusantara Foundation, ustaz Muhammad Shamsi Ali menilai sosok Kemal Attaturk tidak sebanding dengan Ir Soekarno. Ia mengritik rencana pemberian nama jalan di Ibu Kota dengan nama Kemal Attaturk sebagai kerjasama Indonesia-Turki, di mana nama Presiden Soekarno juga telah menjadi nama jalan di Turki.
"Kemal Attaturk dan Soekarno tidak dapat disandingkan. Walaupun karena dorongan situasi politik saat itu Soekarno pernah mengembangkan filsafat politik gado-gado (nasionalisme, agama dan komunisme). Tapi Soekarno tetap yakin dengan urgensi agama dalam Kehidupan publik (berbangsa dan bernegara. Sementara Kemal Attaturk tidak saja anti agama. Tapi menghancurkan segala hal yang dianggap berbau agama," kata ustaz Shamsi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika, Kamis (21/10).
Lebih lanjut ustaz Shamsi menambahkan di kancah internasional Soekarno jelas sepak terjangnya. Menurutnya keberanian Soekarno dan kemampuannya yang didukung kharisma yang tinggi di mata tokoh-tokoh dunia menjadikannya mampu menjadi tokoh yang dihormati dan disegani.
Salah satu peninggalan sejarah Soekarno dalam hubungan gobal adalah Gerakan Non Blok (Non Align Movement) atau organisasi negara-negara Asia Afrika. Hingga kini GNB adalah sub-organisasi terbesar setelah PBB dalam tatanan dunia global kita.
Sementara menurut ustaz Shamsi sosok Attaturk gagal baik di dalam dan luar negeri. Menurut ustaz Shamsi, Turki sejak masanya tidak mengalami kemajuan, bahkan dalam demokrasi dan perpolitikan. Karena sejak Attaturk berkuasa kekuatan politik tidak pernah murni di tangan rakyat. Justeru kekuasaan ada di tangan militer. Demikian pula perekonomian Turki amburadul dengan segala potensi yang dimilikinya.
"Barangkali embarrassment (rasa malu) terbesar Attaturk adalah kegagalan memasukkan Turki sebagai anggota NATO. Padahal telah menjual harga diri ke anggota NATO untuk diterima menjadi bagian dari mereka. Justru Turki diterima jadi anggota NATO di saat Erdogan menjadi penguasa negeri itu. Hal ini menjadi catatan penting bahwa dalam hal urusan internasional (global matters) Attaturk tidak sebanding dengan Soekarno," katanya.
Ia mengatakan semua ini harusnya menjadi dasar pemikiran bagi semua agar tidak mengambil sebuah langkah yang tidak perlu. Bahkan menurutnya keputusan memakai nama Attaturk sebagai nama jalan di Menteng, kawasan yang bergengsi di Ibu Kota negara, dapat dicurigai sebagai upaya merongrong semangat beragama di Indonesia.
Baca juga : Mudzakarah MUI Jakbar: Jual Beli COD Boleh dengan Syarat