REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS - NATO berdiri dalam solidaritas dengan sekutunya yang terancam oleh aliran migran yang digunakan oleh rezim Belarusia sebagai bentuk perang hibrida, kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Rabu.
Berbicara pada konferensi pers sebelum pertemuan para menteri pertahanan NATO, Stoltenberg mengatakan, “Sekutu kami, Polandia, Lithuania, dan Latvia melihat lonjakan migran yang datang dari Belarus. Aliran migran ini diatur dan digunakan oleh Belarus sebagai bentuk perang hibrida.”
Dia juga menekankan bahwa sekutu NATO telah membahas hal ini dan akan terus menangani ancaman ini.
Stoltenberg mengungkapkan dirinya menyayangkan keputusan Rusia baru-baru ini untuk menutup misi diplomatiknya di NATO dan kantor NATO di Moskow.
Kepala NATO mencatat bahwa keputusan Moskow “tidak mempromosikan dialog dan saling pengertian,” tetapi meyakinkan bahwa aliansi tetap terbuka untuk dialog dengan Rusia.
Para menteri anggota NATO juga akan mengevaluasi pengalaman dari 20 tahun kehadiran aliansi militer di Afghanistan pada pertemuan pertama mereka yang diadakan sejak penarikan dari negara itu.
Menurut Stoltenberg, penting untuk mengakui bahwa NATO telah mencapai peran utamanya dalam mencegah Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi terorisme internasional.