Kamis 21 Oct 2021 23:25 WIB

Kawasan Budidaya Lele, Selamatkan Warga dari Pengangguran

Pengelolaan budidaya ikan lele di Desa Eretan Wetan dilakukan oleh warga setempat.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Seorang pekerja sedang memberi pakan pada ikan lele di kawasan budidaya ikan lele di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu,Kamis (21/10).
Foto: Republika/Lilis Sri Handayani
Seorang pekerja sedang memberi pakan pada ikan lele di kawasan budidaya ikan lele di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu,Kamis (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Lilis Sri Handayani/Jurnalis Republika

Matahari bersinar terik di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Kamis (21/10) siang. Sinarnya semakin terasa menyengat di tengah hamparan ratusan kolam ikan lele seluas 30 hektare di desa pesisir tersebut. Lokasinya membentang di pinggir jalur pantura Jakarta – Indramayu.

Sebanyak 11 orang pekerja nampak sedang melepas lelah di salah satu saung di tengah hamparan kolam. Sejak pukul 08.00 WIB, di siang hari itu mereka baru saja selesai memanen ikan lele di kolam milik petambak setempat bernama H Firdaus. Pakaian mereka basah dan kotor usai berkubang dalam kolam.

Ada empat buah kolam yang baru saja mereka panen. Dari empat kolam itu, lele yang berhasil dijaring mencapai 2,7 ton. Jika dihitung jumlah ikannya, maka setiap kilogram akan berisi enam sampai sembilan ekor ikan lele.

Bukan perkara mudah menjaring ikan-ikan yang berumur tiga bulan tersebut. Dibutuhkan kesabaran dan kerja sama di antara pekerja hingga akhirnya ikan  lele berhasil digiring dan dikumpulkan dalam sebuah keramba di pinggir kolam.

Ikan-ikan lele itu sudah ada pembelinya, yang berasal dari Cikarang, Bekasi. Kebetulan, mobil bak terbuka milik pembeli terjebak macet di jalan hingga datang terlambat. Karenanya, baik ikan lele maupun para pekerja di kolam H Firdaus, harus menunggu terlebih dulu.

Selang satu jam, mobil milik pembeli ikan lele, yang sebelumnya sudah menjadi pelanggan, akhirnya datang. Seorang pekerja bergegas menceburkan diri ke kolam yang terdapat keramba lele hasil panen. Sementara rekan-rekannya, bersiap di atas kolam dengan membawa sejumlah blong (semacam gentong).

Ikan-ikan lele yang ada di dalam keramba kemudian diserok menggunakan ember berjaring dan dipindahkan ke dalam blong yang telah disiapkan. Begitu seterusnya hingga blong itu terisi penuh dengan ikan. Selanjutnya, blong dipikul menggunakan kayu oleh dua orang pekerja menuju mobil milik pelanggan yang terparkir di pinggir jalan raya.

Setelah ikan di keramba habis, maka pekerjaan mereka pada hari ini sudah selesai. Mereka akan kembali bekerja esok hari untuk melakukan panen di kolam lainnya milik H Firdaus. Begitu seterusnya.

‘’Panen ikan lele ini setiap hari. Ada 100 kolam milik H Firdaus, panennya tidak bersamaan,’’ ujar Janto (55), seorang mandor yang menjadi orang kepercayaan H Firdaus.

Janto mengatakan, untuk mengurus seluruh kolam itu, H Firdaus mempekerjakan sekitar 50 orang warga setempat. Kebanyakan pekerjanya berasal dari Desa Eretan Wetan, meski adapula yang berasal dari desa tetangga.

Para pekerja itu memiliki tugas berbeda-beda. Selain bagian panen, adapula yang bertugas memberi pakan ikan maupun menguras lumpur dalam kolam. Pekerja yang memberi pakan, akan bertugas setiap pukul 07.00 WIB dan pukul 17.00 WIB setiap harinya. Sedangkan pekerja penguras kolam, akan bekerja setelah kolam selesai dipanen.

Janto mengatakan, pekerjaan di kolam ikan lele memang tidak pernah berhenti, selalu ada setiap hari. Dia bersyukur, keberadaan kolam lele itu bisa memberinya maupun para pekerja penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Janto sudah sepuluh tahun bekerja di kolam lele. Sebelumnya, dia menjadi kuli bangunan. Dengan usia yang sudah separuh abad, tenaganya tak lagi kuat untuk menjalani pekerjaan sebagai kuli bangunan.

‘’Kalau jadi kuli, kadang ada pekerjaan, kadang menganggur. Kalau di kolam lele, pekerjaan ada terus setiap hari, kita tidak pernah menganggur,’’ tutur warga Desa Eretan Wetan tersebut.

Tak hanya milik H Firdaus, hamparan kolam lele di Desa Eretan Wetan juga dimiliki oleh belasan orang lainnya. Setiap pemilik kolam, mempekerjakan belasan hingga puluhan orang pekerja, tergantung banyaknya kolam.

‘’Kebanyakan pemilik kolam lele ini sudah (menunaikan ibadah) haji. Mereka naik haji ya dari hasil lele ini,’’ tukas Janto.

Seperti Janto, manfaat keberadaan kolam lele juga sangat dirasakan oleh Aji Setyo (24). Dia baru bekerja setahun di kolam lele. Sebelumnya, dia bekerja di pabrik otomotif di daerah Bekasi. Namun, pandemi Covid-19 membuat pabriknya melakukan pengurangan karyawan.

Aji termasuk yang mengalami imbas pengurangan karyawan itu. Karenanya, dia memutuskan untuk pulang kampung ke Desa Eretan Wetan. 

‘’Mau cari pekerjaan di pabrik lainnya, susah, karena masih pandemi. Untung ada kolam lele, jadi saya bisa bekerja di sini, tidak menganggur,’’ tutur lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) tersebut.

Selain di kolam milik H Firdaus, aktivitas serupa juga terlihat di kolam ikan lele lainnya di kawasan tersebut. Salah satunya milik Jayadi.  

Mandor yang juga orang kepercayaan Jayadi, yakni Ilik (45), menyebutkan, ada 18 kolam milik Jayadi. Dari seluruh kolam itu, mempekerjakan 12 orang pekerja. ‘’Dengan adanya kolam lele ini, ekonomi warga sangat terbantu, mereka bisa bekerja di sini,’’ terang Ilik.  

Hal itu diakui oleh Kepala Desa Eretan Wetan, Edi Suhedi. Dia menyatakan, keberadaan kawasan budidaya lele itu mampu mengatasi pengangguran dan memberdayakan ekonomi warganya.

Edi menyebutkan, jumlah total warganya ada sekitar 14 ribu jiwa. Meski tak menyebut angka, namun dia memastikan warganya yang bekerja di sektor budidaya ikan lele mencapai ratusan orang.  

‘’Sebelum 2007, kolam-kolam lele itu sudah ada meski jumlahnya belum banyak. Kalau sekarang terus meluas, bahkan sampai ke desa tetangga, Desa Soge. Tapi pemiliknya tetap warga kami,’’ terang Edi.

Hal senada diungkapkan Penyuluh Perikanan Bantu di Kabupaten Indramayu, Hendra Suhendra. Dia menyebutkan, kolam budidaya lele milik warga Desa Eretan Wetan terus bertambah bahkan hingga ke Desa Soge.

Hendra menjelaskan, pengelolaan budidaya ikan lele di Desa Eretan Wetan dilakukan oleh warga setempat dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Lokasi kolam terletak di satu hamparan luas, dengan pola panen tidak serentak. Setiap hari, hasil panen dari seluruh kolam di kawasan tersebut mencapai sekitar 15 ton.

‘’Panennya setiap hari. Pembelinya datang sendiri, kebanyakan dari Bekasi, Jakarta dan Bandung,’’ terang Hendra.

Dari segi harga, lanjut Hendra, ikan lele dari Desa Eretan Wetan dihargai lebih tinggi dibanding ikan lele dari daerah lain. Pasalnya, ikan lele dari desa tersebut terkenal lebih tahan hidup meski dibawa ke luar kota. Untuk saat ini, harga ikan lele mencapai Rp 18.600 – Rp 19 ribu per kg.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten Indramayu, Edi Umaedi, menambahkan, kawasan budidaya ikan lele di Desa Eretan Wetan tergolong padat karya. Dia berharap daerah lainnya bisa membentuk kawasan serupa.

‘’Kalau sudah terbentuk kawasan, pembeli akan datang sendiri. Jadi tidak akan sulit pemasarannya,’’ kata Edi.

Sejak 2006 hingga sekarang, luas kolam air tawar di Kabupaten Indramayu terus mengalami penambahan, termasuk kolam lele. Berdasarkan pendataan Diskanla setempat hingga akhir 2020, luas kolam air tawar di Kabupaten Indramayu mencapai 560,87 hektare.

Seiring penambahan luas kolam, produksi perikanan kolam air tawar di Kabupaten Indramayu juga meningkat. Pada 2020, produksinya mencapai 113.728,9 ton, naik signifikan dibandingkan 2019 yang mencapai 92.222,4 ton.

Sementara itu, harapan kepala Diskanla Kabupaten Indramayu akan tumbuhnya kawasan budidaya, juga sejalan dengan program prioritas yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono. Dari tiga program prioritas, salah satunya adalah mengembangkan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di perairan tawar, payau dan laut, untuk pengentasan kemiskinan dan menjaga ikan-ikan lokal khususnya yang bernilai ekonomi tinggi.

‘’Kita harus mengelola sumber daya perikanan secara luas. bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekologi dan ekonomi, serta sumber daya perikanan nasional,’’ tandas Trenggono.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement