REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) mengizinkan penggunaan dosis tambahan vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari Moderna dan Johnson & Johnson. Ini menjadi sebuah langkah yang memungkinkan lebih banyak orang di negara itu untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit wabah.
CDC mengatakan setiap orang yang memenuhi syarat dapat memilih booster yang berbeda dari vaksin awal. Keputusan untuk mengizinkan penggunaan dosis tambahan berbeda diambil setelah dilakukannya pertemuan dari badan tersebut dengan komite penasihat dan panel ahli.
Komite penasihat beranggotakan 15 orang memberi suara bulat untuk merekomendasikan booster dari Moderna dan Johnson & Johnson. Dosis tambahan dianggap sangat penting, mengingat di Amerika Serikat (AS) saat ini Covid-19 menyebar dengan cepat, didorong varian Delta yang sangat menular.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengizinkan booster untuk orang berusia 65 tahun ke atas dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, setidaknya enam bulan setelah vaksinasi awal. Meski demikian, untuk booster yang berbeda, terdapat beberapa pendapat.
Bagi orang yang menerima vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson harus menunggu dua bulan sebelum mengambil booster lain. Sementara mereka yang vaksinasi utamanya adalah jenis vaksin mRNA harus menunggu setidaknya enam bulan sebelum mendapatkan suntikan tambahan, termasuk Johnson & Johnson.
Bulan lalu, rekomendasi untuk booster dari Pfizer-BioNTech disetujui oleh FDA. Secara khusus ini adalah untuk orang tua dan orang dewasa yang berisiko tinggi, termasuk mereka yang berprofesi sebagai guru, perawat, dan orang lain yang berisiko terinfeksi dari kontak dengan publik melalui pekerjaan mereka.
FDA juga mengatakan orang yang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 lengkap dan memenuhi kriteria untuk mendapatkan booster dapat menerima dosis tambahan yang dibuat oleh produsen yang berbeda dari vaksin awal.