Jumat 22 Oct 2021 15:39 WIB

Molidustat, Obat Baru Diabetesi dengan Risiko Jantung

Molidustat dapat kurangi risiko serangan jantung dan komplikasinya pada diabetesi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Obat-obatan (ilustrasi). Peneliti berhasil menemukan obat yang dapat mencegah diabetesi terkena serangan jantung dan memulihkan komplikasinya.
Foto: www.freepik.com
Obat-obatan (ilustrasi). Peneliti berhasil menemukan obat yang dapat mencegah diabetesi terkena serangan jantung dan memulihkan komplikasinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jutaan diabetesi di Inggris kini dapat memperoleh manfaat dari obat baru yang dikembangkan dari penelitian Oxford University. Obat bernama molidustat tersebut ditujukan secara khusus untuk diabetesi dengan risiko serangan jantung dan komplikasi yang menyertainya.

Studi menemukan bahwa molidustat dapat menjadi obat baru bagi diabetesi untuk mengurangi risiko jantung maupun komplikasinya.  Didanai oleh British Heart Foundation (BHF), para peneliti mencatat bahwa molidustat meningkatkan kadar protein yang disebut Hypoxia-Inducible Factor 1 (HIF).

Baca Juga

Protein HIF membantu sel-sel yang kekurangan oksigen untuk beradaptasi dan bertahan hidup. Dr Lisa Heather, peneliti perantara BHF di Oxford University, mengatakan bahwa orang dengan diabetes tipe 2 memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dan peredaran darah sekalipun gula darahnya terkontrol. Mereka juga lebih mungkin terkena risiko gagal jantung setelah serangan jantung daripada orang tanpa diabetes.

"Meskipun demikian, tidak ada perawatan yang tersedia untuk membantu jantung diabetesi pulih setelah serangan jantung," kata Heather, dikutip dari Indian Express, Kamis (21/10).

Peneliti pun berharap temuan mereka dapat mengatasi masalah tersebut dan meningkatkan hasil bagi penderita diabetes setelah serangan jantung. Prof Metin Avkiran, direktur medis asosiasi di BHF, mengomentari proyek penelitian tersebut.

Menurut Prof Avkiran, penyakit jantung dan peredaran darah adalah penyebab utama kematian pada diabetesi. Kondisi ini memengaruhi hampir lima juta orang di Inggris.

"Hasil yang menjanjikan ini menunjukkan bahwa obat yang menstabilkan HIF bisa menjadi pengobatan baru untuk mengurangi risiko gagal jantung setelah serangan jantung pada penderita diabetes," kata Avkiran.

Selama infark miokard atau serangan jantung, suplai darah ke jantung berkurang atau terputus. Jantung kekurangan oksigen atau dikenal sebagai hipoksia.

Ketika seseorang mengidap diabetes, sel-sel jantung kurang mampu menolerir hipoksia. Hal itu dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan pada otot jantung.

Sementara itu, pemulihan dari serangan jantung mencakup proses alami angiogenesis, yakni di mana pembuluh darah baru tumbuh di sekitar jaringan mati untuk memastikan suplai darah yang baik ke jantung. Namun, pada diabetesi, proses ini berkurang hingga menjadi "titik kritis" dalam perkembangan gagal jantung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement