REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senjata properti berisi peluru hampa yang digunakan Alec Baldwin di lokasi syuting film Rust merenggut nyawa sinematografer Halyna Hutchin dan melukai sutradara Joel Souza. Banyak orang yang bertanya-tanya mengapa tragedi mematikan ini bisa terjadi.
Tentu untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, dibutuhkan penyelidikan mendalam dari pihak berwenang. Proses ini mungkin akan memakan waktu hingga beberapa hari atau pekan.
Secara umum, istilah senjata properti atau prop gun digunakan untuk menyebut senjata api apa pun yang digunakan untuk perlengkapan dengan tujuan hiburan. Biasanya, senjata properti digunakan untuk keperluan syuting film, pertunjukan teater, hingga kegiatan hiburan lainnya.
Banyak orang beranggapan bahwa senjata properti merupakan senjata mainan atau alat yang tampak seperti senjata api namun tidak berfungsi. Padahal, terkadang senjata properti menggunakan senjata asli agar tampak autentik seperti senjata sungguhan ketika disorot dari dekat. Menurut instruktur senjata api Dave Brown, orang yang tahu senjata asli bisa dengan mudah membedakan keaslian senjata ketika melihatnya.
Ketika senjata sungguhan digunakan sebagai senjata properti, Brown mengatakan ahli senjata api biasanya harus dilibatkan. Hal ini bertujuan agar aktor yang akan menggunakan senjata tersebut dapat dilatih untuk menggunakannya secara benar. Karena meski senjata tersebut hanya diisi peluru hampa, senjata sungguhan tetap bisa melukai atau bahkan membunuh orang lain.
Seperti dilansir Yahoo, Jumat (22/10), blank atau peluru hampa memiliki banyak kemiripan dengan peluru sungguhan, namun tak memiliki proyektil berbahaya di bagian ujungnya. Peluru hampa biasanya digunakan ketika suara dan kilatan senjata api dibutuhkan dalam suatu proyek pengambilan gambar film atau untuk aba-aba lomba lari.
Bagian ujung peluru hampa ini biasanya dikerutkan atau disegel dengan gumpalan kertas atau lilin. Ketika pelatuk senjata ditarik, peluru hampa dapat menghasilkan suara tembakan, menampilkan kilatan di mulut senjata api, dan melontarkan selongsong peluru tanpa harus menggunakan peluru yang mematikan.
Akan tetapi, kilatan cahaya dan gas yang sangat panas dari senjata properti tetap bisa memicu insiden. Dalam El Camino: A Breaking Bad Movie misalnya, salah satu aktor menembahkkan senjata properti dari dalam kantung mantelnya. Tembakan tersebut membuat mantelnya terbakar oleh percikan api.
Gumpalan kertas atau lilin yang digunakan pada peluru hampa untuk menahan bubuk mesiu di tempatnya juga dapat memicu insiden. Meski hanya terbuat dari kertas atau lilin, bila terkena lontaran gumpalan ini dari jarak dekat dapat memicu kerusakan serius. Ini pula yang menyebabkan kematian aktor Jon-Erik Hexum pada 1984.
Saat itu, Hexum sedang berada di lokasi syuting "Cover Up" dan merasa bosan ketika menunggu proses syuting. Dia lalu mengisi revolver miliknya dengan sebuah peluru hampa dan memutar silindernya seperti sedang memainkan Russian roulette.
Hexum lalu memposisikan senjata tersebut ke kepalanya. Tak sadar akan bahaya dari peluru hampa, Hexum menarik pelatuk senjata apinya dan menyebabkan gumpalan dari peluru hampa membentur kepalanya.
Gumpalan ini memang tidak sampai menembus kepala Hexum. Akan tetapi, benturan yang terjadi menyebabkan tengkorak kepalanya pecah dan serpihan-serpihan tulang masuk ke dalam otaknya. Hexum dinyatakan meninggal dunia enam hari setelah insiden tersebut.
Tragedi juga bisa terjadi ketika senjata properti tak diisi dengan benar, seperti yang terjadi pada Brandon Lee, anak dari Bruce Lee. Kala itu, selongsong peluru yang memiliki proyektil di ujungnya tersangkut di dalam senjata properti tanpa diketahui. Peluru hampa yang mengisi senjata properti tersebut kemudian mendorong selongsong peluru itu untuk keluar dengan kecepatan penuh ketika pelatuk ditarik. Insiden tersebut melukai Brandon dengan cukup berat dan Brandon dinyatakan meningal dunia beberapa jam kemudian di usia 28 tahun.