Epidemiolog UGM: Waspadai Pemicu Gelombang Ketiga Covid-19

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi

Covid-19 (ilustrasi)
Covid-19 (ilustrasi) | Foto: Pixabay

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang ketiga covid Desember 2021-Januari 2022. Pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Riris Andono Ahmad mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 merupakan sebuah keniscayaan.

Ia menilai, saat ini kemungkinan terjadinya gelombang Covid-19 merupakan sebuah keniscayaan. Maka itu, Doni menekankan, kapan akan terjadi dan seberapa tinggi ini sangat tergantung terhadap situasi yang berkembang di masyarakat sendiri.

Doni menekankan, kemunculan gelombang ketiga atau gelombang-gelombang lainnya sangat tergantung kepada kondisi di masyarakat. Ia merasa, mobilitas, interaksi sosial dan kepatuhan dalam implementasi 3M bisa memicul gelombang Covid-19 ketiga.

Maka itu, ia mengingatkan, virus corona masih terus ada dan tidak sedikit orang yang tidak memiliki kekebalan. Sedangkan, orang yang telah mendapatkan vaksin covid, kekebalan yang didapat akan pula menurun seiring berjalannya waktu.

"Jadi, tidak hanya satu kali gelombang ketiga lalu setop, tapi akan terjadi lagi selama virus masih ada dan bersirkulasi secara global," kata Doni, Jumat (22/10).

Terkait vaksinasi, Direktur Pusat Kajian Kedokteran Tropis UGM ini menerangkan, beberapa negara dengan cakupan vaksinasi relatif tinggi saat ini sedang terus berjuang akibat varian Delta. Seperti Israel, UK, USA dan negara-negara Eropa.

Ia menjelaskan, saat ada varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi butuh cakupan imunitas lebih tinggi dalam populasi. Misal, sebelumnya untuk mendapatkan kekebalan kelompok sekitar 70 persen populasi harus sudah divaksin.

Namun, sejak ada Delta, cakupan vaksinasi ditingkatkan 80 persen. Itupun dengan anggapan vaksin yang diberi memiliki efektvitas 100 persen. Artinya, Indonesia untuk bisa mencapai 80 persen, sekitar 239 juta penduduk harus sudah divaksin.

"Dalam pelaksanan, seyogianya dilakukan dalam waktu kurang dari enam bulan agar bisa terwujud kekebalan kelompok. Ini kan sulit, misalnya sangguppun kekebalan kelompok hanya bertahan beberapa saat dan akan terus berkurang," ujar Doni.

Untuk itu, Doni meminta masyarakat agar tetap waspada dan tidak lengah. Sebab, walaupun saat ini kondisi terbilang membaik, tapi pandemi belum usai dan resiko penularan masih ada, terutama saat adanya pelonggaran aktivitas di masyarakat.

Saat penularan tinggi dilakukan, intervensi besar-besaran dengan PPKM. Begitu terkendali, aktivitas dilonggarakan karena tidak mungkin terus PPKM karena akan melumpuhkan perekonomian. Namun, pelonggaran beresiko penularan akan meningkat.

Karenanya, Doni kembali mengimbau masyarakat Indonesia untuk tetap patuh dalam menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, ia meminta pemerintah untuk terus memperkuat penanganan 3T mulai dari testing, tracing maupun treatment. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Okupansi Hotel di DIY Mulai Meningkat

Telkomsel dan Rumah Zakat Salurkan APD dan Sembako ke Nakes

Santri dan Kiai Berperan Penting pada Capaian Vaksinasi Solo

CDC Izinkan Penggunaan Booster Vaksin Moderna

Perempuan Ini Terinfeksi Virus Corona Selama Hampir Setahun

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark