REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Angkatan Udara Israel menggelar latihan lanjutan sebagai persiapan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Media Israel, Channel 12 dan Times of Israel, pada Kamis (21/10) melaporkan Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel Aviv Kohavi meminta anggaran untuk menyusun skenario serangan setelah jeda dua tahun.
Kohavi juga memerintahkan agar angkatan udara berlatih secara intensif dalam mensimulasikan serangan terhadap program nuklir Iran. Channel 12 telah melaporkan pemerintah Israel berencana untuk mengalokasikan anggaran sebesar 1,5 miliar dolar AS untuk operasi serangan Iran.
Pada awal tahun, Kohavi telah menyatakan Israel memperbarui rencana operasionalnya melawan Iran. Israel telah lama mengancam akan mengambil tindakan sendiri terhadap Iran jika mereka terus mengancam kepentingan dan keamanan Israel. Kohavi bahkan siap menggunakan bantuan militer AS untuk menjalankan serangan itu.
Israel menentang kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) antara Iran dan kekuatan dunia. Israel juga tidak ingin Washington kembali ke kesepakatan tersebut.
Sebelumnya di bawah pemerintahan mantan presiden Donald Trump, AS telah keluar dari JCPOA secara sepihak dan memberlakukan sanksi terhadap Iran. Sejak saat itu, Iran terus meningkatkan pengayaan uranium di atas ambang batas yang melebihi kesepakatan dan mendekati senjata nuklir.
Pemerintahan Presiden Joe Biden ingin AS kembali ke kesepakatan JCPOA. Namun AS meminta agar Iran menghentikan aktivitas nuklirnya.
Pada Agustus, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bertemu dengan Biden di Gedung Putih. Keduanya membahas tentang persoalan Iran. Biden mengatakan kepada Bennett jika negosiasi diplomatik mengenai kesepakatan nuklir Iran gagal, maka Washington siap dengan opsi lain.