Sabtu 23 Oct 2021 10:20 WIB

RI Ajak Negara Produsen Sawit Lawan Kampanye Negatif

Penelitian berbasis sains harus lebih dipromosikan negara produsen minyak sawit.

Rep: Novita Intan/ Red: Satria K Yudha
Pekerja memuat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) ke dalam kapal tanker di Pelabuhan Dumai, Dumai, Riau, Rabu (3/2/2021).
Foto: ANTARA/Aswaddy Hamid
Pekerja memuat minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) ke dalam kapal tanker di Pelabuhan Dumai, Dumai, Riau, Rabu (3/2/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menggelar Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi atau Senior Officials Meeting (SOM) ke-22. Pertemuan ini untuk memperkuat kerja sama negara-negara anggota CPOPC, salah satunya dalam melawan kampanye negatif mengenai sawit. 

 

Pertemuan yang digelar pada Kamis (21/10) tersebut dipimpin Deputi Menteri Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud. 

Musdhalifah dalam pertemuan tersebut menyampaikan keprihatinannya atas kampanye negatif yang semakin masif dan dikeluarkannya berbagai kebijakan dan regulasi yang menghambat produksi serta perdagangan minyak sawit, khususnya di Uni Eropa. 

 

“Berkaitan dengan itu, CPOPC perlu memberikan perhatian serius dan merumuskan strategi yang lebih efektif bagi negara-negara produsen minyak sawit untuk menjawab tantangan tersebut,” kata Musdhalifah dalam keterangannya, Jumat (22/10). 

 

Ia pun menyambut baik kemajuan yang dibuat oleh Komite Ilmiah. “Sebab, studi dan penelitian berbasis sains harus lebih dipromosikan dalam melawan kampanye negatif terhadap minyak sawit berkelanjutan,” ucapnya.

 

Musdhalifah juga mengajak negara produsen meningkatkan konsumsi CPO di domestik. Ini penting dilakukan guna mengantisipasi siklus harga CPO. 

 

“Kami menggarisbawahi tren positif dari pertumbuhan permintaan minyak sawit dan tren kenaikan minyak sawit secara umum. Pengelolaan harga minyak sawit berkelanjutan dapat dicapai dengan penerapan program biodiesel,” ujar dia. 

 

Sekretaris Jenderal Kementerian Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Datuk Ravi Muthayah, menyambut baik kenaikan harga minyak sawit mentah CPO sejak Juni 2020. Namun, ia menyebut keprihatinan serangan terhadap sawit tidak akan pernah surut. 

 

“Kami meminta CPOPC untuk melipatgandakan upaya dalam memberikan narasi yang lebih kuat untuk memerangi kampanye negatif. Menjunjung tinggi keberlanjutan dalam SDGs sangat penting yang didukung oleh pemikiran atau penelitian yang ofensif untuk membandingkan minyak sawit dengan minyak nabati lainnya,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement