Sabtu 23 Oct 2021 13:14 WIB

ICRC Desak Pemerintah Global Beri Bantuan ke Afghanistan

Afghanistan telah terjerumus ke dalam krisis karena bantuan asing telah terhenti

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.
Foto: EPA-EFE/STRINGER
Pengungsi internal menerima bantuan makanan yang didistribusikan oleh Bulan Sabit Merah di Kabul, Afghanistan, 20 September 2021. Taliban mengatakan pada 14 September bahwa PBB harus membantu mereka dalam membantu hampir 3,5 juta warga Afghanistan kembali ke rumah mereka setelah mengungsi di dalam negeri karena untuk kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mendesak masyarakat internasional untuk terlibat dengan penguasa baru Taliban Afghanistan pada Jumat (22/10). Badan internasional ini mengatakan bahwa kelompok bantuan sendiri tidak akan mampu mencegah krisis kemanusiaan.

Direktur Jenderal ICRC Robert Mardini telah meningkatkan upayanya di Afghanistan sementara organisasi lain juga meningkatkan hal yang sama. Namun dukungan dari komunitas internasional, yang sejauh ini mengambil pendekatan hati-hati dalam terlibat dengan Taliban, sangat penting untuk menyediakan layanan dasar.

Baca Juga

"Organisasi kemanusiaan yang bergabung hanya dapat melakukan banyak hal. Mereka dapat memberikan solusi sementara," ujar Mardini.

Afghanistan telah terjerumus ke dalam krisis dengan penghentian tiba-tiba miliaran dolar bantuan asing. Kondisi itu menyusul runtuhnya pemerintah yang didukung Barat dan kembalinya kekuasaan oleh Taliban pada Agustus.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan sehari sebelumnya bahwa telah menyiapkan dana untuk memberikan uang tunai langsung ke Afghanistan. Menurut Mardini, upaya itu hanya akan menyelesaikan masalah selama tiga bulan.

"Afghanistan adalah krisis gabungan yang semakin memburuk dari hari ke hari," kata Mardini mengutip konflik puluhan tahun yang diperparah oleh efek perubahan iklim dan pandemi Covid-19.

Mardini mengatakan 30 persen dari 39 juta penduduk Afghanistan menghadapi kekurangan gizi parah. Sedangkan 18 juta orang di negara itu membutuhkan bantuan atau perlindungan kemanusiaan. "Tidak ada organisasi kemanusiaan yang dapat mengkompensasi atau menggantikan perekonomian suatu negara,” kata Mardini.

Taliban mengusir banyak kelompok bantuan asing ketika terakhir berkuasa dari 1996-2001. Hanya saja kali ini kelompok itu mengklaim akan menyambut baik donor asing dan akan melindungi hak-hak staf mereka. Namun kelompok yang berkuasa di Afghanistan ini menghadapi kritik karena gagal melindungi hak-hak, termasuk akses ke pendidikan untuk anak perempuan, juga bantuan tidak boleh dikaitkan dengan kondisi tertentu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement