REPUBLIKA.CO.ID, KUTA-BALI -- Tuberkulosis Summit kembali di gelar dengan menjadikan Bali sebagai tuan rumah, pergelaran TB Summit ini berlangsung pada Rabu hingga Sabtu ini (20-23 Oktober 2021), di The Stones Hotel-Kuta. Dompet Dhuafa sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang mendukung upaya percepatan dan pengendalian TBC ikut serta dalam kegiatan tersebut.
“Dompet Dhuafa hadir pada acara TB Summit 2021 sebagai salah satu organisasi masyarakat sipil yang mendukung upaya percepatan dan pengendalian TBC menuju eliminasi TBC 2030,” ujar dr. Yeni Purnamasari, MKM selaku General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa.
Ia menerangkan Dompet Dhuafa telah berperan aktif mendukung kesembuhan pasien TBC sejak 2004. Dikutip dari media edukasi yang ditampilkan di stand Dompet Dhuafa, pada 2004 sampai 2012 Dompet Dhuafa berkerjasama dengan PR Subdit TB Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI untuk wilayah DKI Jakarta dan Kota serta Kabupaten Tangerang. Pada tahun ini Dompet Dhuafa mengadakan program Kawasan Sehat dengan Indikator Pengelolaan Pasien TBC di wilayah Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Barat, NTB, NTT, Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.
“Dompet Dhuafa sejak 2004 telah berperan dalam upaya mengisi kesenjangan pelayanan pemeriksaan kasus TB, penemuan kasus secara aktif di masyarakat, peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola program, pendampingan kasus selama pengobatan sampai sembuh, termasuk dukungan transportasi dan nutrisi yang dibutuhkan selama pengobatan, juga bekerjasama dengan berbagai pihak untuk dukungan kesehatan maupun non kesehatan yang dibutuhkan pasien TBC,” tutur Yeni.
Sementar itu, Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Seksano Harbuwono mengatakan bahwa TBC menjadi permasalahan yang sudah ada pada abad ke-8. Untuk itu dalam upaya memutus TBC tersebut maka Pemerintah Indonesia mencangkan program upaya eliminasi TB pada 2030. Dalam mewujudkan hal tersebut, Wamen Dante Saksono menerangkan bahwa diperlukan upaya bersama dari seluruh stakeholder, baik dari Kemenkes, Kemendagri, Pemerintah Daerah sampai para kader yang ada di desa untuk melakukan hal-hal inovatif dalam upaya penanganan kasus TB.
Selain itu, Wamen Kemenkes juga menjelaskan bahwa pada kasus Covid-19 kita belajar untuk melakukan tracing, begitu juga dengan TBC bahwa tracing terhadap kontak erat perlu dilakukan. Sehingga upaya pengentasan kasus dapat terlaksana secara maksimal. Selain itu, tracing kontak erat juga diperlukan sebagai upaya pelacakan kasus baru TB yang belum terdeteksi.
Dikutip dari kerangka acuan kegiatan yang diberikan oleh Kemenkes, tujuan TB Summit kali ini adalah memperkuat komitmen dan kepemilikan semua pihak untuk berperan dalam upaya program pencegahan dan pengendalian TBC.
Selanjutnya memiliki output adanya komitmen bersama lintas sektor dalam mendukung upaya penanggulangan TBC di Indonesia, kemudian ada rencana tindak lanjut 34 provinsi mengenai kontribusi lintas sektor tingkat daerah dan peningkatan pemahan terkait strategi komunikasi TOSS TBC.