REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas meminta masyarakat untuk tetap mengikuti anjuran pengendalian penyebaran virus Covid-19. Dia mengatakan, anjuran penanganan Covid-19 juga telah sesuai dengan ajaran agama.
"Di masa pandemi Covid-19 ini, tak masalah jika ajaran agama Islam dijalankan beriringan dengan melakukan pengendalian akan virus Corona," kata Anwar Abbas dalam keterangan, Ahad (24/10).
Dia pun kemudian menyinggung soal merapatkan shaf dalam shalat berjamaah selama pandemi. Menurutnya, hal itu bisa dilakukan jika memang angka penularan Covid-19 di daerah sekitar telah melandai.
"Kalau seandainya menurut para ahli di daerah tersebut memang Covidnya sudah melandai, dan bahkan sudah tidak ada, ya wajiblah kita untuk merapatkan shaf. Tetapi kalau para ahli masih ragu dan pemerintah masih ragu, belum aman, ya jangan dululah," katanya.
Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengatakan, kunci utama mengendalikan pandemi ini adalah senantiasa menjaga kesehatan diri. Dia mengatakan, menjaga kesehatan diri maka bisa menjaga kesehatan orang sekitar lingkungan.
Ketua Lembaga Kesehatan MUI itu melanjutkan, kekebalan kolektif amat penting untuk dicapai. Dia mengatakan, daerah dengan tingkat vaksinasi dan kekebalan kumpulan paling tidak 70 persen dari penduduk, shalat berjamaah dengan shaf rapat dapat dikaji untuk diterapkan.
Dia mengatakan, belajar di Masjidil Haram, shalat berjamaah dengan shaf rapat dilakukan setelah lebih dari separuh populasi sudah divaksinasi. Namun, jamaah itu harus tetap memakai masker selama di dalam masjid.
Mereka juga diwajibkan mendaftar masuk masjid melalui dua aplikasi, yakni Tawakkalna dan Eatmarna. Kedua aplikasi tersebut masing-masing berfungsi untuk memonitor mobilitas serta perizinan para jamaah.
Wakil Ketua Lembaga Kesehatan MUI, Andi Alfian Zainuddin meminta agar umat Islam jangan ragu divaksinasi. Dia mengatakan, sebab vaksin Covid-19 sesuai syariah dan sudah terbukti secara saintifik.
Dia berpendapat bahwa menyikapi wabah perlu untuk mengikuti kebenaran syariah dan sains. Sejauh ini, sambung dia, sudah banyak aneka upaya pengendalian pandemi berbasis sains dan syariah.
Anggota Komisi Infokom MUI, Tantan Hermansyah mengatakan penanganan pandemi membutuhkan kerja sama semua pihak. Dia melanjutkan, salah satu penghambat kerja sama adalah banjir hoaks.
"Sepanjang 2021 saja, ada 1.733 hoaks terkait vaksin dan Covid-19. Hoaks tersebar di mana-mana, hingga ke sebagian tempat ibadah," katanya.