PBA Jajaki Peluang Ekspor Produk UMKM ke Pasar Eropa
Red: Fernan Rahadi
Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) untuk ekspor produk-produk UMKM ke Korea Selatan. | Foto: dokpri
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan kewirausahaan Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) tengah menjajaki peluang ekspor produk UMKM untuk pasar Eropa. Kerja sama yang menggandeng Prime Global Network tersebut sudah dinyatakan secara resmi melalui penandatangan MoU pada 26 September lalu untuk menembus pasar Korea Selatan.
"Ini merupakan langkah awal untuk menembus pasar global, termasuk untuk dapat masuk ke pasar Eropa," kata Ketua Umum PBA, Ary Zulfikar, pada acara "Ngobrol Bareng Kang Dubes" dengan mengusung tema "Optimalisasi Potensi Peluang Ekspor Produk UMKM ke Pasar Eropa", Jumat (22/10).
Selain pasar global, kata Ary yang akrab dipanggil Kang Azoo, PBA juga menggarap pasar domestik. PBA juga akan menjalin kerja sama dengan perusahaan logistik lokal KirimAja, serta layanan pengiriman barang berbasis aplikasi digital yang merupakan salah satu perusahaan Garuda Indonesia Group. Diharapkan dengan kerja sama tersebut, PBA dapat membantu para pelaku UMKM untuk mendistribusikan barangnya secara nasional.
Melalui kerja sama-kerja sama tersebut, Kang Azoo menilai hal ini merupakan perkembangan yang cukup besar dan patut dibanggakan mengingat usia PBA yang baru menginjak satu tahun. Hal tersebut dinyatakannya sebagai sebuah dorongan untuk meningkatkan komitmen dalam meningkatkan UMKM. "Semoga hal ini tetap bisa dipertahankan, membangun komitmen," katanya.
Untuk mewujudkan cita-cita kemandirian wirausaha seluruh pelaku UMKM, Kang Azoo juga menegaskan bahwa kerja sama merupakan hal yang tidak kalah penting. Frase atau filosofi yang ia gunakan untuk menggambarkan hal tersebut adalah kutipan pernyataan dari Henry Ford: "Coming together is a beginning, keeping together is a progress, working together is a success."
"Namun bekerja bersama merupakan hal yang paling utama. Karena di sini kita bekerja bersama-sama, bukan sama-sama kerja," katanya.
Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Luxemburg dan Uni Eropa, Andri Hadi, menyatakan dukungannya terhadap PBA. Ia menilai bahwa PBA telah menerapkan posisi yang sangat baik dalam konteks untuk mengembangkan dan memberdayakan para pelaku UMKM. "Salut untuk inisiatif ini dan segmen-segmen yang betul-betul menjadi salah satu alternatif pilihan untuk bisa mengembangkan perekonomian, Andri.
Kang Andri, sapaan akrab Andri Hadi, juga menambahkan bahwa produk UMKM Indonesia memang memiliki potensi yang besar sekali khususnya apabila masuk ke pasar Eropa. Saat ini, produk ekspor UMKM Indonesia ke Belgia dan Belanda 131 juta dolar AS ke Belgia, 150 juta dolar S ke Belanda dan beberapa ke Luxembourg Uni Eropa memilik pasar yang sangat besar, terdiri dari 27 negara dengan pasaran kurang lebih 510 juta orang.
Peluang yang sangat besar itu, nyatanya masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku UMKM Indonesia. Salah satu tantangannya adalah, market di negara Belgia dan Eropa dinilai sangat mendukung pola hidup ramah lingkungan, sehingga green produce dan green energy sangat diminati.
Oleh karenanya mereka sering menolak produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Seperti misalnya, produk ekspor yang menggunakan bahan dasar palm oil sering diindikasikan sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. "Hal ini menjadi stigma, seolah-olah produk dari Indonesia yang menggunakan palm oil tidak ramah lingkungan," paparnya.
Terlepas dari semua itu, Andri juga menekankan terhadap para pelaku UKM yang ingin melakukan ekspor ke Eropa agar memperhatikan keberlangsungan (sustainability) produknya. Hal ini sangat berpengaruh karena hal tersebut merupakan standar yang ditetapkan agar produk tersebut dapat dipasarkan.