REPUBLIKA.CO.ID, PALESTINA – Kelompok militan Jihad Islam Palestina mengatakan pada Jumat (22/10) lalu bahwa mereka mengakhiri aksi mogok makan kolektif yang mulai dilakukan lebih dari sepekan yang lalu di dalam penjara Israel. Penghentian mogok makan itu dilakukan setelah mereka mengklaim tuntutannya dipenuhi.
"Para tahanan memutuskan untuk menunda mogok makan setelah mereka mencetak kemenangan melawan administrasi otoritas penjara pendudukan," kata pejabat Jihad Islam Tareq Ezaddin, dilansir di Al Monitor, Ahad (24/10).
Israel saat ini menahan lebih dari 4.600 warga Palestina, lebih dari 500 di antaranya dikenai hukuman seumur hidup.
Menyusul pelarian enam narapidana Palestina dari Penjara Gilboa di Israel utara bulan lalu, petugas penjara telah menghentikan sementara kunjungan keluarga, memisahkan kelompok-kelompok dari tahanan Jihad Islam dan memindahkan tahanan yang lain ke sel isolasi dalam upaya untuk mencegah pembobolan penjara lagi.
Associated Press mengutip kelompok Jihad Islam yang mengatakan bahwa Layanan Penjara Israel telah setuju untuk membatalkan hukuman finansial dan relokasi para tahanan Palestina. Akan tetapi, seorang pejabat penjara Israel yang tidak disebutkan namanya membantah bahwa kesepakatan telah tercapai.
Seorang petugas keamanan juga mengatakan kepada The Times of Israel bahwa tidak ada negosiasi yang terjadi. Dikatakannya, jika ada sesuatu yang akan berubah di masa mendatang, hal itu tidak ada hubungannya dengan ini.
Sementara itu, terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah tahanan yang terlibat dalam mogok makan selama sembilan hari tersebut. Kelompok Jihad Islam menyebutkan jumlahnya 250, sedangkan pejabat Israel mengatakan tidak lebih dari 40 tahanan yang ambil bagian dalam aksi itu.
Selain itu, enam narapidana Palestina juga melancarkan mogok makan untuk memprotes penahanan administratif mereka, sebuah praktik di mana Israel menahan tahanan tanpa tuduhan.
Seorang juru bicara kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina mengatakan pada Kamis lalu bahwa Miqdad al-Qawasmi yang berusia 24 tahun berada dalam kondisi sangat berbahaya setelah lebih dari tiga bulan melakukan mogok makan.
Al-Qawasmi dilaporkan dipindahkan ke perawatan intensif di sebuah rumah sakit Israel awal pekan ini. Namun, dilaporkan dia terus menolak makan.
Dalam sebuah pernyataan Kamis, pakar hak asasi manusia PBB Michael Lynk mengecam penahanan administratif Israel terhadap sekitar 500 warga Palestina, termasuk enam anak-anak, dan menyerukan pembebasan atau pengadilan mereka segera.