Senin 25 Oct 2021 10:17 WIB

Indonesia Buka Peluang Kolaborasi Lewat Expo 2020 Dubai

Ekonomi Indonesia terbukti tangguh dan pulih dalam waktu relatif cepat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
 Orang-orang mengunjungi situs EXPO selama hari pertama EXPO 2020 Dubai di emirat Teluk Dubai, Uni Emirat Arab pada 01 Oktober 2021. 192 negara akan berpartisipasi dengan paviliun mereka di EXPO 2020 Dubai, Expo internasional pertama di Timur Tengah, Afrika dan kawasan Asia Selatan (MEASA), yang akan berlangsung mulai 01 Oktober 2021 hingga 31 Maret 2022.
Foto: EPA-EFE/ALI HAIDER
Orang-orang mengunjungi situs EXPO selama hari pertama EXPO 2020 Dubai di emirat Teluk Dubai, Uni Emirat Arab pada 01 Oktober 2021. 192 negara akan berpartisipasi dengan paviliun mereka di EXPO 2020 Dubai, Expo internasional pertama di Timur Tengah, Afrika dan kawasan Asia Selatan (MEASA), yang akan berlangsung mulai 01 Oktober 2021 hingga 31 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, perekonomian Indonesia terbukti tangguh dan dapat pulih dalam waktu relatif cepat. Pada kuartal II 2021, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen, tertinggi dalam 16 tahun terakhir. 

Salah satu hal utama pendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut yaitu pertumbuhan sektor manufaktur nonmigas yang mencapai 6,91 persen. Berdasarkan data Asian Development Bank Outlook, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar minus 2,07 persen pada 2020.

Angka itu menjadikan negara ini berada di tingkat kontraksi ekonomi yang moderat selama pandemi. “Data tersebut juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari rata-rata negara-negara di kawasan Asia Tenggara, serta jauh lebih baik daripada rata-rata negara anggota G20,” jelas Direktur Jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (Dirjen KPAII) Kementerian Perindustrian Eko SA Cahyanto dalam presentasinya di Business Forum yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian pada Expo 2020 Dubai, Ahad (24/10).

Kebangkitan ekonomi nasional pada kuartal II 2021, dinilai tak lepas dari kinerja beberapa sektor penyusunnya. Sebesar 1,35 persen dari total pertumbuhan 7,07 persen terhadap perekonomian nasional berasal dari industri pengolahan.

Sektor tersebut juga menjadi penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) dengan total kontribusi hampir mencapai 20 persen. Adapun industri dengan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan pada periode tersebut adalah industri alat angkut (45,7 persen), industri logam dasar (18,03 persen), industri mesin dan peralatan (16,35 persen), industri karet dan produk plastik (11,72 persen), serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (9,15 persen).

Kementerian Perindustrian (Kemenperin), melalui Making Indonesia 4.0 telah menetapkan lima sektor prioritas penerapan Industri 4.0. Kelima sektor tersebut meliputi industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi, industri elektronik, industri otomotif, dan industri kimia. 

“Sektor-sektor ini dipilih berdasarkan performanya selama ini. Industri tersebut mampu memberikan kontribusi sebesar 60 persen untuk PDB, kemudian menyumbang 65 persen terhadap total ekspor, dan mempekerjakan 60 persen tenaga kerja sektor industri,” jelas Eko.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement