REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor asal AS Xander Berkeley menggagas sebuah petisi yang melarang penggunaan senjata api asli untuk keperluan syuting. Petisi yang diluncurkan di laman change.org itu muncul sebagai buntut insiden tertembaknya sinematografer Halyna Hutchins oleh Alec Baldwin di lokasi syuting Rust.
Berkeley mengatakan bahwa tragedi semacam ini seharusnya tidak terjadi pada abad 21. Karenanya, menurut dia, penggunaan senjata api asli sebagai properti syuting mesti dilarang agar insiden serupa tidak terulang.
"Senjata asli tidak lagi diperlukan di set produksi film. Ini bukan awal 90-an, ketika Brandon Lee terbunuh dengan cara yang sama. Perubahan perlu dilakukan, sebelum banyak nyawa lain melayang," kata Berkeley seperti dilansir dari NME, Senin (25/10).
Sponsor Hollywood: It’s time to create "Halyna's Law", which will ban the use of real firearms on film production sets and create a safe working environment for everyone involved. (#addtheflashandbanginpost #safetyfirst ) https://t.co/AuoFQvWTR3
— Xander Berkeley (@xanderberkeley) October 22, 2021
Dalam petisinya, Berkeley juga memberikan penghormatan kepada mendiang Hutchins. Ia menyatakan bahwa Hutchins akan terus dikenang sebagai sineas perempuan yang berbakat di Hollywood.
"Dia membuat tiga film layar lebar sebelum Rust, tapi ini akan menjadi film yang akan menempatkannya di peta Hollywood sebagai sinematografer perempuan berbakat yang bekerja dengan selebritas papan atas," kata aktor Terminator 2 itu tentang Hutchins.
Berkeley juga meminta Baldwin untuk menggunakan kekuatan dan pengaruhnya di Hollywood guna membuat perubahan dan melarang penggunaan senjata sungguhan di lokasi syuting. Sejauh ini, lebih dari 115 ribu orang telah menandatangani petisi. Orang-orang berpengaruh, seperti Sarah Paulson, Olivia Wilde, dan Lena Dunham juga telah membagikannya di media sosial.
"Ini abad ke-21. Jika kita dapat membuat dunia yang tidak nyata menjadi nyata melalui CGI, kita dapat membuat model dunia yang kita inginkan dan melarang senjata api yang tidak perlu," cicit Dunham.