REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Associate Director BUMN Research Group LMUI Toto Pranoto mengatakan holding BUMN farmasi harus melakukan sejumlah inovasi dalam menjaga pertumbuhan kinerja yang konsisten dan berkesinambungan di masa depan. Toto menilai holding farmasi masih memiliki karakter yang menyasar pada captive market. Karakter ini tentu memberikan keuntungan bagi holding farmasi untuk jangka pendek karena masih mengalami pandemi.
"Namun untuk daya saing masa depan dibutuhkan terobosan baru supaya holding farmasi memiliki keunggulan bersaing yang lebih berkelanjutan," ujar Toto saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (25/10).
Oleh karenanya, ucap Toto, holding farmasi perlu melakukan strategi diferensiasi yang dapat menghasilkan produk berkualitas premium dengan peningkatkan kualitas SDM dan inovasi teknologi. Menurut Toto, holding farmasi dapat bersinergi untuk menghasilkan produk yang lebih kompetitif. Hal ini selaras dengan visi holding yang ingin menjadi perusahaan yang bergerak di bidang life science dan beyond vaccine.
"Dengan strategi di atas, maka ketergantungan pada pasar captive di segmen pemerintah, bisa lebih diimbangi dengan pasar noncaptive lainnya," kata Toto menambahkan.
Sebelumnya, holding BUMN farmasi yang terdiri atas Bio Farma, Kimia Farma, dan Indo Farma mencatat kenaikan pendapatan 164 persen pada semester I 2021, atau naik dari Rp 5,78 triliun pada 2020 menjadi Rp 15,26 triliun.
Menurut Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, pendapatan Bio Farma, didapat dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun yakni terdiri atas Rp 7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan 144,30 miliar, didapat dari program Vaksinasi Gotong Royong (VGR).
"Untuk anggota holding BUMN Farmasi, Kimia Farma membukukan pendapatan pada Semester I 2021 sebesar Rp 5,56 triliun," ujar Honesti.