Senin 25 Oct 2021 14:46 WIB

Mantan Pejabat Intelijen Saudi Minta Bantuan AS

Intelijen sekaligus mantan ajudan pangeran Arab Saudi minta bantuan pemerintah AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Mantan pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri (kanan), melaporkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) atas rencana pembunuhan terhadap dirinya.
Foto: Reuters
Mantan pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri (kanan), melaporkan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman (MBS) atas rencana pembunuhan terhadap dirinya.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Seorang mantan pejabat tinggi intelijen Arab Saudi yang tinggal di pengasingan, Saad al-Jabri, meminta bantuan kepada Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membebaskan anak-anaknya dari penjara di Saudi. Al-Jabri mengatakan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah memburu dirinya.

Al-Jabri adalah ajudan dari Pangeran Mohammed bin Nayef yang digulingkan MBS dalam kudeta Kerajaan Saudi pada 2017. Pada Agustus 2019, al-Jabri yang saat ini tinggal di Kanada mengajukan gugatan setebal 107 halaman di pengadilan AS. Gugatan tersebut menuduh MBS mengirim pasukan pembunuh untuk membunuh al-Jabri pada Oktober 2018. Namun pihak berwenang Kanada menggagalkan upaya tersebut.

Baca Juga

Tahun lalu, pengadilan Saudi memenjarakan dua anak Saad al-Jabri karena pencucian uang dan konspirasi untuk melarikan diri dari kerajaan secara tidak sah. Tuduhan tersebut dibantah oleh dua anak al-Jabri.

Dalam wawancara pertamanya sejak meninggalkan kerajaan Saudi, al-Jabri mengatakan MBS tidak memiliki empati. Al-Jabri menambahkan MBS merupakan ancaman bagi rakyat Arab Saudi, Amerika, dan seluruh dunia.

“Saya harus angkat bicara. Saya memohon kepada rakyat Amerika dan pemerintah Amerika  membantu membebaskan anak-anak saya dan memulihkan hidup mereka," kata al-Jabri yang tampak emosional kepada acara 60 Minutes di televisi CBS.

Kedutaan Saudi di Washington tidak menanggapi permintaan komentar terkait pernyataan al-Jabri. Pengacara putra mahkota telah menolak tuduhan al-Jabri. Pengacara itu menerangkan MBS memiliki kekebalan hukum di Amerika Serikat sebagai kepala negara asing.

Tahun lalu, pengacara MBS yakni Michael Kellogg menolak klaim tersebut. Dia menggambarkan tuduhan itu penuh drama.Jabri merupakan ajudan terdekat bin Nayef di Kementerian Dalam Negeri. Dia membantu merombak operasi intelijen dan kontraterorisme kerajaan.

Pada Januari, sekelompok perusahaan milik negara Saudi dalam gugatan di Kanada menuduh Jabri menggelapkan uang negara senilai miliaran dolar saat bekerja di Kementerian Dalam Negeri. Jabri membantah tuduhan tersebut.

“Saya berharap untuk dibunuh suatu hari karena orang ini tidak akan berhenti sampai dia melihat saya mati,” ujar al-Jabri mengacu pada MBS.

Tuduhan Jabri muncul lebih dari tiga tahun setelah seorang kolumnis AS kelahiran Saudi, Jamal Khashoggi, dibunuh ketika mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul. Khashoggi dibunuh dan dimutilasi oleh tim operasi yang diduga atas perintah MBS. Khashoggi diketahui kerap menulis opini kritis terhadap MBS.

 

Pemerintah Saudi telah membantah keterlibatan putra mahkota dalam pembunuhan Khashoggi. Namun laporan intelijen AS menyimpulkan pada Februari bahwa MBS telah menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi.

Presiden AS Joe Biden telah mengambil sikap yang lebih keras terhadap Riyadh mengenai catatan hak asasi manusia dan perang Yaman. Sikap Biden berbeda daripada pendahulunya yaitu mantan presiden Donald Trump yang memiliki hubungan kuat dengan MBS.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement