Senin 25 Oct 2021 19:41 WIB

Peningkatan Produksi Padi di Cirebon Masih Banyak Kendala

Tantangan bidang pertanian akan semakin besar seiring terjadinya pemanasan global

Rep: lilis sri handayani/ Red: Hiru Muhammad
Kementerian Pertanian (Kementa) terus melakukan gerakan serap gabah petani di seluruh Indonesia, salah satunya wilayah pantura Provinsi Jawa Barat yakni Kabupaten Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi dan Cirebon sebagai sentra produksi padi nasional. Sebagaimana diketahui, gerakan serap gabah petani merupakan upaya jitu pemerintah untuk menstabilkan harga gabah petani yang mengalami penurunan akibat masa panen raya.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian (Kementa) terus melakukan gerakan serap gabah petani di seluruh Indonesia, salah satunya wilayah pantura Provinsi Jawa Barat yakni Kabupaten Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi dan Cirebon sebagai sentra produksi padi nasional. Sebagaimana diketahui, gerakan serap gabah petani merupakan upaya jitu pemerintah untuk menstabilkan harga gabah petani yang mengalami penurunan akibat masa panen raya.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Kabupaten Cirebon menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Namun, peningkatan produksi padi di daerah tersebut selama ini mengalami sejumlah kendala.

Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, menyebutkan, produksi padi rata-rata di Kabupaten Cirebon mencapai 545.269 ton gabah kering giling (GKG) per tahun. Menurutnya, produksi beras di Kabupaten Cirebon surplus rata-rata 90 ribu ton per tahun.

‘’Kabupaten Cirebon selama ini menjadi lumbung beras nasional,’’ kata Imron, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil Bupati Cirebon, Wahyu Tjiptaningsih, dalam peringatan Hari Pangan Sedunia ke-41 Tingkat Nasional di Desa Jagapura Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Senin (25/10).

Imron menyebutkan, Kabupaten Cirebon menargetkan produksi padi sebesar 572 ribu ton GKG pada 2024, dengan target luas tanam 93 ribu hektare. Untuk mencapainya, harus diimbangi dengan peningkatan luas tanam per tahun.

Menurut Imron, capaian target tersebut bisa dilakukan melalui peningkatan indeks penanaman (IP), terutama di wilayah utara Kabupaten Cirebon, dari IP 200 menjadi IP 300. Wilayah tersebut, selama ini mendapat pengairan yang bersumber dari Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang.

Namun, lanjut Imron, terdapat kendala untuk mencapai IP 300. Di antaranya, belum normalnya sungai pembuang yang menyebabkan banjir saat musim hujan dan tidak mencukupinya air saat musim kemarau.

Kendala lainnya, yakni keterbatasan tenaga kerja saat panen raya, yang menyebabkan keterlambatan panen dan pascapanen sehingga berdampak pada penurunan kualitas gabah. Untuk itu, dibutuhkan mesin panen modern dan alat pengering modern agar dapat mengamankan hasil panen dan menjaga kualitas gabah.

‘’Kami mohon kepada Pak Menteri Pertanian untuk membantu mengatsi kendala tadi,’’ tutur Imron. Imron menambahkan, Pemkab Cirebon menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu andalan. Selain padi, komoditas unggulan lainnya dari Kabupaten Cirebon adalah mangga dan bawang merah.

Untuk produksi mangga, mencapai 42.109 ton. Sedangkan bawang merah, sebanyak 36.703 ton. "Pada tahun ini, kita sudah ekspor bawang merah ke Singapura sebanyak 67 ton,’’ terang Imron.

Sementara untuk mangga, selama ini diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia, Kuwait, Arab Saudi, Oman, Qatar dan Hongkong sebanyak 35 ton per tahun. Namun sayang, akibat pandemi Covid-19, ekspor mangga pada 2021 menjadi terhenti.

Dalam kesempatan itu, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, memberikan bantuan bagi Kabupaten Cirebon sebesar Rp 19,5 miliar. Menteri juga memberikan penghargaan kepada sejumlah petani berprestasi.

Syahrul pun mengingatkan tantangan dalam bidang pertanian akan semakin besar seiring terjadinya pemanasan global. Untuk itu, berbagai persiapan harus dilakukan. "Tantangan kita masih sangat panjang. Besok, kita menghadapi climate change, pemanasan global, gunung es yang mencair, permukaan air yang naik dan anomali cuaca yang sangat ekstrim,’’ kata Syahrul.

Syahrul mengatakan, dampak dari anomali cuaca dan pemanasan global sudah mulai dirasakan. Salah satunya berupa banjir di berbagai tempat. Meski banjir terjadi, lanjut Syahrul, ancaman krisis air juga mengancam. Hal itupun telah dibicarakan di forum G20.

Syahrul pun berharap agar para kepala daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, untuk memikirkan tentang keberadaan embung dan irigasi. Mereka juga diminta untuk terus mendukung sektor pertanian agar mampu memberikan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement