REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gua Hira menjadi tempat Nabi Muhammad bertafakur untuk menghilangkan kesedihan di tinggal Qasim dan Ibrahim. Cara Nabi Muhammad ini berbeda dengan istrinya Khadijah yang masih belum memeluk Islam mendatangi berhala.
"Di puncak Gunung Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Makkah -terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.
Sepanjang bulan Ramadhan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari kebenaran, dan hanya kebenaran semata.
"Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini," katanya.
Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran. Di situ ia mengungkapkan dalam kesadaran batinnya segala yang disadarinya.
"Tambah tidak suka lagi ia akan segala prasangka yang pernah dikejar-kejar orang," katanya.
Ia tidak berharap kebenaran yang dicarinya itu akan terdapat dalam kisah-kisah lama atau dalam tulisan-tulisan para pendeta, melainkan dalam alam sekitarnya. Dalam luasan langit dan bintang-bintang, dalam bulan dan matahari, dalam padang pasir di kala panas membakar di bawah sinar matahari yang berkilauan.
Atau di kala langit yang jernih dan indah, bermandikan cahaya bulan dan bintang yang sedap dan lembut, atau dalam laut dan deburan ombak, dan dalam segala yang ada di balik itu, yang ada hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud.
Dalam alam itulah ia mencari hakekat tertinggi, dalam usaha mencapai itu, pada saat-saat ia menyendiri demikian jiwanya membubung tinggi akan mencapai hubungan dengan alam semesta ini. Jiwanya menembusi tabir yang menyimpan semua rahasia.
"Ia tidak memerlukan permenungan yang panjang guna mengetahui bahwa apa yang oleh masyarakatnya dipraktekkan dalam soalsoal hidup dan apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk tuhan-tuhan mereka itu, tidak membawa kebenaran samasekali.
"Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya," katanya.
Hubal, Latta dan Uzza, dan semua patung-patung dan berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah menciptakan, sekalipun seekor lalat, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi Makkah.