Selasa 26 Oct 2021 09:45 WIB

Bos Twitter Singgung Soal Hiperinflasi, Apa Itu?

Hiperinflasi terjadi saat harga barang dan jasa meningkat tak terkendali.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pedagang menata sayuran-sayuran di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/8). Pendiri Twitter, Jack Dorsey mengatakan lonjakan tiba-tiba dalam angka inflasi yang dilihat konsumen pada harga makanan dan gas bisa jadi merupakan permulaan perubahan dunia.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana
Pedagang menata sayuran-sayuran di Pasar Senen, Jakarta, Senin (1/8). Pendiri Twitter, Jack Dorsey mengatakan lonjakan tiba-tiba dalam angka inflasi yang dilihat konsumen pada harga makanan dan gas bisa jadi merupakan permulaan perubahan dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Twitter, Jack Dorsey mengatakan lonjakan tiba-tiba dalam angka inflasi yang dilihat konsumen pada harga makanan dan gas bisa jadi merupakan permulaan perubahan dunia. Dikutip dari Fortune.com, cicitan Dorsey itu mengikuti konsensi pada Jumat (22/10) lalu oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengingatkan bahwa peningkatan inflasi dapat berjalan sampai tahun depan.

"Hiperinflasi akan mengubah segalanya. Ini sedang terjadi," tulis Dorsey pada Jumat malam, pekan lalu, melalui akun Twitter miliknya.

Baca Juga

The Fed kemungkinan akan menarik diri dari langkah-langkah yang telah diambilnya selama 18 bulan terakhir untuk membantu perekonomian melalui pandemi yang sekarang banyak disebut sebagai alasan kenaikan harga. Dorsey, dalam tweet lanjutan, mencatat bahwa tingkat inflasi 16 persen memungkinkan terjadi di AS dan secara global.

Namun, tidak semua orang setuju. Steve Hanke, seorang ekonom di Johns Hopkins mengatakan dalam sejarah, ada 62 hiperinflasi yang diakui. Saat ini, tidak ada negara yang mengalami hiperinflasi.

"Jack seharusnya tahu lebih baik daripada mencicit pernyataan publik yang tidak bertanggung jawab," kata Steve melalui Twitternya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat, Janet Yellen mengatakan dia memperkirakan inflasi akan turun ke tingkat yang dapat diterima pada paruh kedua tahun 2022. "Dalam basis 12 bulan, tingkat inflasi akan tetap tinggi hingga tahun depan karena apa yang telah terjadi. Tapi saya mengharapkan ada perbaikan pertengahan hingga akhir tahun depan, paruh kedua tahun depan,” katanya kepada CNN dikutip dari Fortune.

Hiperinflasi adalah kondisi ketika harga barang dan jasa meningkat secara tidak terkendali untuk jangka waktu yang berkelanjutan. Namun, definisi teknis dari istilah tersebut menetapkan ambang batas yang tinggi, dengan kenaikan harga mulai dari 50 persen per bulan hingga 1.000 persen per tahun.

Kondisi tersebut biasanya terjadi hanya dalam keadaan yang sangat spesifik, seperti setelah perang atau ketika mata uang pecah. Sebagai contoh, secangkir kopi seharga 2 dolar AS dengan tingkat inflasi 2 persen akan berharga 2,04 dolar AS. Dengan hiperinflasi 1.000 persen, secangkir kopi itu akan menelan biaya 22 dolar AS. 

Harga sebuah galon susu 3,50 dolar AS akan melonjak menjadi 38,50 dolar AS. Dan, sewa apartemen dua kamar tidur seharga 2.000 dolar AS per bulan akan meroket menjadi 22.000 dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement