REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Tingginya intensitas hujan yang mengguyur Kabupaten Sukabumi menyebabkan bencana di sejumlah titik pada Senin (25/3). Bencana tersebut menyebar di selatan hingga utara Sukabumi.
Bencana tersebut diantaranya terjadi di Kecamatan Surade, Tegalbuleud, Kadudampit, dan Sukalarang. Jenis bencana yang terjadi mulai dari banjir dan tanah longsor. '' Titik pertama di Kecamatan Surade yakni longsor menyebabkan jembatan lingkungan dan tembok penahan tanah (TPT) ambruk,'' kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Anita Mulyani, Selasa (26/10). Lokasi bencana berada di Kampung Cikurutug RT 01 RW 01, Desa Kademangan, Kecamatan Surade.
Peristiwa itu terjadi karena hujan deras yang menyebabkan debit air irigasi desa meningkat. Sehingga tanggul penahan irigasi tidak kuat menampung dan akhirnya jembatan yang menghubungkan kepemukiman warga di Kampung Cikurutug ambruk.
Longsor tanggul irigasi panjang 20 meter persegi dan jembatan panjang 3 meter dan lebar 2,5 meter. Selain itu mengakibatkan sekitar 20 hektar sawah warga terendam air dan jembatan tidak bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat.
Dampak dari bencana kata Anita, yakni sekitar 80 Kepala Keluarga (KK) terhambat mobilitasnya. Selain itu areal pesawahan 20 hektar terendam air dan terancam gagal panen.
Anita meneragkan, kondisi saluran irigasi desa belum mendapat penanganan. Di mana pemdes dan warga sedang musyawarah untuk penanggulangan dan dibutuhkan karung plastik dan batang pohon kelapa untuk membuat jembatan sementara untuk penanganan darurat.
Titik bencana kedua yakni longsor di Kampung Margawangi RT 18 RW 03, Desa Sukamaju, Kecamatan Sukalarang. Di mana dinding rumah wargaa jebol akibat longsoran tanah pada Senin siang.
Akibatnya dua penghuni rumah mengalami luka ringan dan kerugian ditaksir Rp 10 juta. Selanjutnya bencana longsor di Kampung Lebaksiuh RT 20 RW 07, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, pada Senin siang.
'' Hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur cukup lama mengakibatkan tanah rongsor setinggi 12 meter dan panjang 20 meter,'' ujar Anita. Longsoran tanah menimpa saluran pipa air bersih warga dan solokan pertanian.
Dampaknya rumah warga sebanyak tiga unit dalam kondisi rawan. Selain itu tanaman pertanian berupa sawah dan kebun warga tertimbun longsor dan taksiran kerugian sekitar Rp 30 juta.
Terakhir, bencana banjir di Kecamatan Tegalbuleud tersebar di tiga desa yakni Desa Tegalbuleud di Kampung Ranca Jawa, Rancaberem, Cikuda, dan Panaruban. Selanjutnya Desa Buniasih di Kampung Sukamaju Rancaerang/pelataran pinggiran Denuh dan Desa Sumberjaya Kampung Cibarengkok dan Cebek.
Dari data yang dihimpun rumah warga yang terdampak sekitar 80 unit rumah warga yang terendam banjir. Selain itu ada tanaman pertanian sekitar 100 hektare di tiga desa tersebut yang baru tanam satu minggu ikut terdampak.
Camat Tegalbuleud Antono mengatakan, kejadian ini merupakan bencana musiman dan fenomena alam yang terjadi pada setiap musim hujan tiba. Kondisi ini disebabkan wilayah itu berada di dataran rendah yang hanya 0-5 meter dari permukaan laut dan diapit dua muara sungai besar yakni Sungai Cikaso dan Cibuni serta beberapa anak sungai.
Selain banjir, longsor juga menerjang Tegalbuleud di Blok Cijaksi, Cikaso Desa Sumberjaya. Di mana longsor menimpa jalan nasional dari arah Surade/Jampang Kulon menuju Tegalbuleud dan sebaliknya tertutup material longsor.