Pelaku Bisnis Diajak Percepat Penerapan Supply Chain Digital
Red: Fernan Rahadi
Pebisnis (ilustrasi). | Foto: www.freepik.com
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum datangnya pandemi Covid-19, digitalisasi berjalan lambat. Namun, datangnya pandemi menjadi titik percepatan untuk menerapkan digitalisasi dalam proses bisnis. Perubahan tersebut menjadi faktor penting yang memaksa para pelaku usaha untuk mengubah proses bisnis konvensional ke digital.
"Krisis yang terjadi sekarang berbeda dengan krisis sebelumnya, di mana banyak orang hanya dapat beraktivitas di dalam rumah saat ini. Hal ini mengubah pola pikir dan gaya hidup yang sekaligus mendorong para pebisnis untuk mengotomasi bisnis mereka agar bergerak lebih cepat dalam menerapkan digitalisasi sebagai investasi masa depan," kata Eks Direktur Eksekutif Nielsen, Yongky Susilo, dalam webinar berseri yang digelar Paper.id beberapa waktu lalu.
Meskipun dipercepat pandemi, digitalisasi juga perlu didukung dengan berbagai faktor, seperti infrastruktur, kebijakan, dan skill individu. Menurut Lead Partner Technology Services Crowe Indonesia, Marko Suswanto, baik individu maupun perkembangan teknologi harus berjalan berdampingan.
"Kenyataannya, perkembangan teknologi yang sekarang bertumbuh sangat kencang dan tidak diiringi dengan peningkatan kemampuan individu dalam mengoperasikannya," kata Marko.
Dengan adanya teknologi yang berkembang kencang dan skill individu yang mumpuni, hal ini dapat menciptakan sebuah perjalanan konsumsi yang nyaman dan transparan.
Yang harus diperhatikan adalah, keberhasilan penerapan digitalisasi tidak hanya diukur hanya dari pergantian kebiasaan dari penggunaan kertas ke digital. "Para pebisnis juga perlu menerapkan otomasi untuk mengubah proses operasional bisnis mereka menjadi lebih efisien dan efektif," kata Digital Native Reps Google Cloud, Asryan Aghati.
Tentunya, momen ini perlu dimanfaatkan oleh para pebisnis guna melakukan digitalisasi sebagai bentuk investasi di masa yang akan datang. Dengan begitu, opportunity cost bisnis akan berkurang drastis, pengelolaan bisnis akan berjalan lebih efektif, serta meningkatkan tingkat kompetitif perusahaan di masa yang akan datang.
"Pengelolaan arus kas dipengaruhi oleh dua elemen, pendapatan dan biaya. Jika keduanya dapat dikontrol dengan mekanisme supply chain yang baik, keuangan perusahaan akan menjadi sehat serta meningkatkan efektivitas komunikasi antar divisi dalam operasional bisnis," kata Presiden ISCEA Indonesia, Prof Nyoman Pujawan.
CTO Paper.id, Yosia Sugialam menambahkan komunikasi bukan sekedar dari hubungan internal perusahaan saja, tapi juga dari eksternal, hubungan antara pembeli dan penawar. Menurutnya, proses transaksi antara buyer dan supplier bisa berjalan lebih efektif dengan menggunakan faktur dan pembayaran digital untuk mempermudah transaksi antara buyer dan supplier hingga mendapatkan akses pendanaan usaha yang lebih mudah untuk bisnis. Hal ini diyakini bisa menjadi faktor penting guna mendongkrak perkembangan bisnis terutama di saat pandemi ini.
"Dengan penerapan digitalisasi di supply chain, beragam proses operasional bisnis dapat berjalan lebih cepat dengan hasil yang lebih maksimal, salah satunya proses penagihan. Di kala pandemi, proses penagihan berjalan lebih lambat. Banyak pebisnis meminta untuk memperpanjang tempo agar kas bisnis tetap aman," kata Yosia.