Selasa 26 Oct 2021 16:21 WIB

Menko PMK: Perlu Serangan Besar-besaran Tangani Stunting

Presiden Jokowi menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Mas Alamil Huda
Menko PMK, Prof. Muhadjir Effendy saat menyerahkan secara simbolis donasi penanganan stunting kepada warga Desa Bila Cenge, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SDB), NTT, beberapa waktu lalu.
Foto: Baznas
Menko PMK, Prof. Muhadjir Effendy saat menyerahkan secara simbolis donasi penanganan stunting kepada warga Desa Bila Cenge, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SDB), NTT, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak masih jadi tantangan besar dalam pembangunan manusia Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 27,67 persen. Sementara, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, percepatan penurunan stunting harus semakin dikebut. Menurut dia, dengan adanya landasan hukum Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, maka diperlukan langkah-langkah yang cepat dan efektif untuk memenuhi target Presiden.

"Tidak ada kata pelan, tidak ada kata sedikit demi sedikit. Tetapi dalam waktu kurang lebih tiga tahun kita harus melakukan serangan frontal besar-besaran terhadap masalah stunting di Indonesia," tegasnya di Jakarta, Selasa (26/10).

Muhadjir menerangkan, permasalahan stunting masih jadi kendala besar dalam menyiapkan generasi unggul dan kompetitif. Dia meminta perang melawan stunting terus digencarkan. Termasuk keterlibatan, perguruan tinggi dalam upaya sosialisasi dan edukasi pencegahan stunting kepada masyarakat dan kepada kalangan mahasiswa dan mahasiswi.

"Perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan BKKBN, terutama dari pendekatan persuasif dan edukatif kepada calon pengantin, termasuk kepada para mahasiswa dan mahasiswi," tuturnya.

Menko PMK mengatakan, keikutsertaan perguruan tinggi dalam perang melawan stunting sangat penting. Melalui program pengabdian masyarakat dan riset, para mahasiswa bisa ikut memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan stunting, pemenuhan gizi yang baik kepada masyarakat, dan juga sebagai untuk kalangan mahasiswa dan mahasiswi.

"Harus kita kejar di mana kantong-kantong stunting terjadi kemudian kita selesaikan satu demi satu dan dengan cara yang tentu saja dikembangkan dengan pertemuan berbasis riset di perguruan tinggi masing-masing," tuturnya.

Muhadjir mengaku optimis terlibatnya perguruan tinggi dalam penanganan stunting akan membuat penanganan stunting lebih sistemik. Pendekatan akademik akan menjadi warna baru dari penanganan stunting di Indonesia.

"Mudah-mudahan sesuai target Presiden, angka stunting kita harus di bawah 14 persen bisa terpenuhi berkat kerja sama kompak antara lain atas kerja sama BKKBN dengan perguruan tinggi," kata Menko PMK.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement