REPUBLIKA.CO.ID, KINMEN -- Chen Ing-wen melangkah ke singkapan berbatu sekitar tiga kilometer dari pantai China di Pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan. Dia menunjukkan bagaimana sebagai seorang tentara biasa menembak dari sana ke arah kapal pukat China yang terlalu dekat.
"Itu hanya untuk menakut-nakuti mereka, tetapi mereka tidak takut. Kami tidak mencoba membunuh mereka, hanya memperingatkan mereka pergi," kata pria berusia 50 tahun yang melakukan dinas militernya di Kinmen dari 1991 hingga 1993.
Berada di garis terdepan antara Taiwan dan China, Kinmen adalah tempat terakhir kedua wilayah itu terlibat dalam pertempuran besar pada 1958 di puncak Perang Dingin. China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya kembali dalam kendali Beijing.
Lonjakan ketegangan terjadi baru-baru ini. Angkatan udara China melakukan serangan massal selama empat hari ke zona pertahanan udara Taiwan mulai 1 Oktober. Kondisi ini membunyikan alarm di ibu kota Barat dan Taipei bahwa China mungkin merencanakan sesuatu yang lebih dramatis.
Namun di Kinmen, yang berjarak kurang dari satu jam dengan pesawat dari Taipei dan berhadapan langsung dengan gedung pencakar langit Xiamen China, tidak menunjukan ada rasa panik atau pembatasan kunjungan dari Taiwan. "Kami adalah tempat yang sangat aman. Baik secara ekonomi atau kehidupan masyarakat, kami tidak merasakan dampak apapun dari ketegangan lintas selat," ujar Ting Chien-kang yang menjalankan departemen pariwisata pemerintah Kinmen.
Kinmen bersama dengan kepulauan Matsu lebih jauh ke pantai China telah ditahan oleh pemerintah di Taiwan. Penahanan berlaku sejak pasukan Republik China yang kalah melarikan diri ke Taiwan pada 1949 setelah kalah perang saudara dengan Komunis. Penembakan reguler tidak berakhir sampai 1978 ketika Amerika Serikat secara resmi mengakui China atas Taiwan.
Tempat ini pun mencoba tetap menyimpan sisa masa lalu seperti bahasa kuno pada tanda-tanda propaganda menyebut Komunis bandit. Terdapat pula dan patung mendiang pemimpin Chiang Kai-shek, seorang pria yang sekarang dinilai oleh banyak orang Taiwan karena kediktatorannya yang sering brutal.
Pengunjung juga bisa bersembunyi di tempat perlindungan serangan udara dari serangan Komunis. Bahkan, beberapa telah mengubah ketegangan masa lalu menjadi keuntungan, seperti pembuat pisau terkenal Kinmen dari selongsong peluru tua.
Akan tetapi, pemerintah Kinmen bekerja keras untuk mempromosikan pulau itu lebih dari sekedar monumen perang. Mereka berharap menarik pengunjung muda untuk melihat berang-berang dan mengamati burung, tinggal di wisma butik baru yang trendi, dan menikmati tiram lokal.