Rabu 27 Oct 2021 00:07 WIB

Korban Selamat Transjakarta: Kok, Sudah Dekat tidak Ngerem?

Dua orang meninggal akibat kecelakaan TransJakarta di Cawang.

Sejumlah penumpang menunggu kedatangan bus Transjakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah penumpang menunggu kedatangan bus Transjakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tubuh Dadang (41) masih terbaring lemah di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih, Jakarta Timur, Selasa (26/10). Dadang namun masih bisa bercerita tentang kejadian nahas yang hampir merenggut nyawanya akibat kecelakaan Transjakarta, Senin (25/10) pukul 08.40 WIB.

Dadang merupakan salah satu dari 37 korban luka dalam kecelakaan dua bus Transjakarta di Jalan MT Haryono, tak jauh dari Halte Cawang Ciliwung. Saat itu ia hendak berangkat menuju ke tempat kerjanya di Bekasi dengan menggunakan Transjakarta dari Pluit.

Baca Juga

Dia berada di bus Transjakarta belakang yang saat kejadian menabrak satu bus di depannya ketika akan menurunkan penumpang di Halte Cawang Ciliwung. "Sebelum kejadian itu bus jalan normal-normal saja," kata Dadang.

Pria asal Garut itu namun mengaku sempat merasakan kejanggalan sesaat sebelum bus memasuki Halte Cawang Ciliwung. Dadang yang duduk di bagian belakang dengan posisi kursi yang sedikit lebih tinggi membuatnya dapat melihat dengan jelas detik-detik sebelum terjadinya tabrakan.

Saat itu, dia melihat sang sopir bus tidak tampak melakukan upaya pengereman meski di depannya ada bus Transjakarta lain yang sedang berhenti. "Kok sudah 300 meter sebelum halte, tapi bus tidak ngerem juga. Tiba-tiba bus yang saya naiki menabrak, dari belakang itu saya terpental ke bagian depan bus," ujar dia.

Dadang terjatuh hingga kesulitan untuk bangkit karena merasakan sakit pada bagian dada hingga susah bernapas. Dengan sisa tenaga yang ada, dia berhasil bangkit lalu keluar melalui pintu yang bagian kacanya sudah pecah akibat benturan.

Dalam keadaan hampir tak berdaya itu, Dadang sempat melihat situasi di sekitar lokasi kejadian yang tampak kacau. Beberapa penumpang masih tergeletak di dalam bus yang ringsek sambil berharap pertolongan.

Kondisi mereka tak jauh berbeda dengan Dadang yang penuh dengan luka-luka di sekujur tubuh. Saat kejadian Dadang belum mengetahui adanya korban tewas akibat kecelakaan Transjakarta.

Penumpang bus Transjakarta yang selamat lainnya, Hilaludin, memberikan kesaksian yang hampir sama dengan Dadang. Hilaludin yang berada di bus bagian depan mengatakan saat tabrakan terjadi ia mendengar suara seperti ledakan yang terdengar keras.

Dia mengira awalnya itu adalah suara ledakan dari telepon seluler. Namun perkiraannya meleset setelah ia melihat kaca-kaca bus yang ditumpanginya itu pecah akibat kerasnya benturan. Bahkan tubuh Hilaludin juga ikut terpental.

Butuh beberapa saat bagi Hilaludin yang saat itu duduk di bagian belakang bus untuk bangkit. Pandangannya sempat kabur dan kepalanya pusing terkena dampak benturan.

Ketika kesadarannya membaik, dia baru menyadari bahwa kakinya patah hingga harus dibantu warga keluar dari dalam bus untuk mendapatkan pertolongan pertama. "Pas kejadian saya habis transit dari Ciledug, turun di Kuningan Barat, terus dari Pluit ke Pinang Ranti," kata Hilaludin.

Musibah kecelakaan bus Transjakarta pada Senin (25/10) itu tentu meninggalkan trauma yang mendalam bagi Dadang dan juga korban selamat lainnya. Meskipun Dadang tidak mengalami patah tulang, namun ia mengaku masih dihantui ketakutan ketika mengingat kembali peristiwa tabrakan yang menewaskan dua orang serta puluhan lainnya luka-luka tersebut.

Hingga kini dia juga masih merasakan sesak di bagian dada sehingga diharuskan menjalani rawat inap di RS Budhi Asih bersama empat korban luka-luka lainnya. Dadang dan korban luka-luka lainnya menyampaikan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RS Budhi Asih, Edison Sahputra, mengatakan jumlah pasien yang menjalani perawatan awalnya berjumlah 15 orang. Namun sebagian pasien telah diperbolehkan pulang untuk menjalani rawat jalan.

Sementara itu hingga Selasa ini, tersisa empat orang pasien dengan tiga orang di antaranya terpaksa harus naik ke meja operasi. "Semua yang sudah pulang sudah dalam kondisi stabil. Satu pasien sudah menjalankan operasi di bagian kaki. Dua orang lainnya sedang menunggu giliran operasi," ujar Edison Sahputra.

Dia menjelaskan bahwa biaya perawatan para korban kecelakaan bus Transjakarta sepenuhnya ditanggung oleh pihak Transjakarta. Baik itu pasien yang hanya mengalami luka ringan hingga berat.

"Pasien tidak dikenakan biaya sama sekali. Perawatan ini dilakukan sampai pasien benar-benar sembuh," tutur Edison.

PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) telah menyatakan komitmennya untuk memberikan pendampingan maksimal kepada seluruh korban insiden tabrakan dua bus Transjakarta di Cawang. Direktur Operasional PT Transjakarta Prasetia Budi menyampaikan pihaknya juga langsung mengerahkan petugas ke lokasi kejadian dan menurunkan armada Transjakarta Care untuk membawa korban menuju ke rumah sakit terdekat.

Dia menambahkan bahwa Transjakarta akan berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya dalam proses investigasi penyebab kecelakaan tersebut.Tak hanya itu, Transjakarta juga mendampingi para korban, mulai dari proses evakuasi hingga penanganan di rumah sakit untuk memastikan mereka mendapatkan pelayanan terbaik. Transjakarta juga melakukan evaluasi terhadap mitra operator bus Bianglala Metropolitan (BMP) terkait kecelakaan yang menewaskan dua orang tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun juga menjamin para korban kecelakaan bus Transjakarta mendapat tanggungan jika pendapatan harian mereka terganggu karena harus dirawat di rumah sakit.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement