Selasa 26 Oct 2021 21:17 WIB

Islam tak Larang Canda, Rasulullah SAW Juga Kerap Tertawa

Rasulullah SAW beberapa kali tertawa hingga terlihat gigi geraham

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah SAW beberapa kali tertawa hingga terlihat gigi geraham. Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Rasulullah SAW beberapa kali tertawa hingga terlihat gigi geraham. Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menjadi seorang Muslim tidak harus melulu serius dan tidak mengenal canda dan tawa. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam menunjukkan akhlak ketika tertawa atau menanggapi sesuatu yang lucu.

Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Jilid 9 menjelaskan bahwa iman menjadikan seseorang merasa berada di hadirat Illahi, atau dalam alam suci yang mulia. 

Baca Juga

Siapa yang merasakan nikmat-Nya, pastilah dia tidak akan menghiraukan hal-hal yang berhubungan dengan alam suci itu. Tidak juga dia menghiraukan hal-hal yang dapat mengantarnya tidak merasakan lezatnya iman.

Namun perlu digaribawahi, kata Prof Quraish, bahwa hal demikian bukan berarti bahwa seorang Mukmin harus selalu serius dan tak mengenal canda tawa. Bahkan ditemukan sekian riwayat yang mengarah kepada larangan bercanda dan bergurau.

Sebagai contoh, lanjut Prof Quraish, adalah ucapan yang diduga sementara orang sebagai sabda Nabi Muhammad SAW, yakni: 

لا تكثروا الضَّحكَ فإنَّ كثرة الضَّحك تميت القلبَ “Jangan memperbanyak tawa karena banyak tawa mematikan kalbu.”  

Menurut beliau, riwayat itu dan yang semacamnya jika dinilai sahih maka harus dipahami dalam arti lelucon ‘yang tidak lucu’, yang menyakitkan hati dan melengahkan dari tugas-tugas pokok. Sebab para Nabi pun tertawa mendengar ucapan atau melihat kelakuan yang lucu.

Nabi Sulaiman AS yang mendengar suara atau ucapan semut dinyatakan dalam Alquran surat An Naml ayat 19:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا “Fatabassama dhaahikan min qauliha.” Yang artinya, “Maka dia tersenyum tertawa mendengar ucapan semut.” 

Sekian banyak juga riwayat yang menginformasikan bahwa Rasulullah SAW pun tertawa dan bergurau. Menurut Sayyidah Aisyah, dia berkata: 

ما رأيته مستجمعاً قط ضاحكاً حتى أرى منه لهواته  “Rasulullah SAW adalah seorang yang sering tersenyum dan tertawa, bahkan tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau, walau tidak terbahak, dan tidak mengucapkan kecuali yang haq.”   

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement