REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Belasan aktivis perempuan di Afghanistan pada Selasa (26/10) menggelar unjuk rasa untuk memprotes kelambanan masyarakat internasional dalam menangani krisis di negara tersebut. Mereka turut menyuarakan belum terpenuhinya hak dasar mereka memperoleh pendidikan, termasuk bekerja, di bawah pemerintahan Taliban.
Dalam aksinya, para aktivis perempuan tersebut mengacungkan papan bertuliskan “Mengapa dunia menyaksikan kami mati dalam diam?”. Beberapa peserta aksi turut menuliskan “hak untuk bekerja” dan “hak atas pendidikan” di papan yang dibawanya.
“Kami meminta Sekjen PBB mendukung hak kami atas pendidikan, untuk bekerja. Kami kehilangan segalanya hari ini,” kata Wahida Amiri, salah satu penyelenggara Spontaneous Movement of Women Activists dikutip laman Al Arabiya.
Dia menekankan aksi tersebut tak dimaksudkan untuk merongrong pemerintahan Taliban. “Kami tidak menentang Taliban. Kami hanya ingin berdemonstrasi secara damai,” ucapnya.
Awalnya, aksi tersebut hendak digelar di dekat kantor misi PBB di Afghanistan. Namun menjelang penyelenggaraan, lokasinya dipindahkan ke pintu masuk bekas “Green Zone”. Sejumlah gedung kedutaan besar negara Barat berada di zona tersebut.
Demonstrasi simbolis oleh perempuan-perempuan Afghanistan telah menjadi peristiwa biasa di Kabul dalam beberapa pekan terakhir. Hal itu karena Taliban masih belum mengizinkan mereka kembali bekerja. Anak-anak perempuan di sana pun belum diperkenankan bersekolah.
Sebelumnya Taliban mengatakan anak-anak perempuan di Afghanistan akan segera diizinkan kembali ke sekolah menengah. Kementerian Pendidikan Taliban bakal mengumumkan hal tersebut pada waktu yang tepat.
“Dari pemahaman dan informasi saya, dalam waktu yang sangat singkat semua universitas dan sekolah akan dibuka kembali. Semua anak perempuan dan perempuan akan kembali ke sekolah serta pekerjaan mengajar mereka,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban Qari Saeed Khosty saat diwawancara Aljazirah pada 17 Oktober lalu.