REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO— Kebohongan dalam ajaran agama apapun adalah perbuatan dosa dan dilarang bagi setiap pemeluknya. Ajaran Islam juga melarang tindakan ini dan bahkan menyebut kebohongan sebagai salah satu dosa yang akan mengantar kepada dosa-dosa besar.
Namun ternyata ada kondisi-kondisi yang dibolehkan berbohong dalam ajaran Islam. Sementara kebohongan di luar dari kondisi pengecualian tersebut tetap dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dilansir dari Elbalad, perilaku gemar berbohong disinggung keburukannya dalam sebuah sabda Rasulullah SAW. Nabi bersabda:
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً, وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً. رواه مسلم
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu menunjukkan (pelakunya) kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada Surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karenavsesungguhnya dusta itu menunjukkan pelakunya kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api Neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta, ia ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim).
Tapi kemudian Nabi Muhammad SAW menjelaskan adanya kondisi yang menjadi pengecualian dan membuat kebohongan dibolehkan. Beberapa kondisi itu dijelaskan dalam sabda Nabi SAW:
«لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ: يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا، وَالْكَذِبُ فِي الْحَرْبِ، وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ
Artinya: "Kedustaan itu tidak halal kecuali pada tiga hal; seorang suami yang berbicara terhadap istrinya agar dia ridha padanya, kedustaan pada peperangan, dan kedustaan yang dilakukan dalam rangka untuk mendamaikan (sesama) manusia." (HR Tirmidzi)
Selain kondisi-kondisi itu, seorang Muslim tetap diharuskan untuk berkata jujur. Hal ini sesuai dengan sifat Nabi Muhammad SAW yang terkenal oleh masyarakat saat itu sebagai Al-Amin atau orang yang jujur dan dapat dipercaya. Alkhaledi Kurnialam