Rabu 27 Oct 2021 16:02 WIB

Ancaman Bahaya BPA Kembali Jadi Perhatian

DPR RI telah melakukan rapat kerja dengan BPOM.

Arzeti Bilbina bersama Arist Merdeka Sirait
Foto: istimewa
Arzeti Bilbina bersama Arist Merdeka Sirait

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota DPR RI Komisi IX Arzeti Bilbina kembali mengingatkan adanya ancaman dari senyawa kimia Bisphenol A (BPA). Politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini sepakat agar semua kemasan plastik makanan dan minuman harus bebas BPA.

“DPR RI telah melakukan rapat kerja dengan BPOM. Pada tahun anggaran 2022 pemerintah akan mengalokasikan untuk sosialisasi bahaya BPA. Kami setuju jika kemasan plastik makanan dan minuman harus free BPA,” kata Arzeti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/10).

Hal yang sama juga disuarakan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait. Dengan tegas, ia menyatakan kekecewaan atas lambannya pihak BPOM yang tidak segera memberi label pada galon guna ulang yang jelas mengandung BPA.

"BPOM masih lambat dalam menetapkan revisi PERKA label. Di banyak negara, BPA pada kemasan sudah dilarang,” ujarnya.

Arist mengatakan seharusnya tidak ada lagi toleransi batas ambang terkait kemasan yang mengandung BPA untuk bayi, balita dan janin pada ibu hamil. “Jangan sampai upaya  ini malah menyesatkan bagi konsumen, BPA tetap racun. Migrasinya tidak layak dikonsumsi oleh usia rentan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dan Koordinator Presidium Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Nia Umar menjelaskan BPA adalah zat kimia yang berfungsi untuk mengeraskan plastik dan membuat bahan plastik menjadi tahan lama.

Penggunaan plastik yang mengandung BPA ini, kata dia, dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti kanker, syaraf dan lain sebagainya. "Jadi ibu-ibu bukan menakut-nakuti, BPA itu ibarat polusi yang tidak kelihatan. Kalau asap masih kelihatan. BPA tidak terlihat tapi secara akumulatif dapat memicu berbagai macam penyakit, “ katanya.

Tidak hanya anak-anak, menurut Nia, bahaya BPA ini juga mengancam kepada ibu hamil dan lingkungan.

“Bahaya BPA ini berdampak bagi tubuh ibu hamil dan menyusui. Bagi yang menyusui, risiko yang ditimbulkan adalah ASI yang diminum bayi akan mengandung BPA sehingga bisa jadi si bayi ini tidak mau lagi menyusui melalui payudara ibu mereka,” tuturnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement