Rabu 27 Oct 2021 16:16 WIB

Warga India Berharap WHO Segera Akui Covaxin

Hingga kini, vaksin buatan India, Covaxin, belum diakui secara global.

Hingga kini, vaksin buatan India, Covaxin, belum diakui secara global.
Foto: AP / Mahesh Kumar A
Hingga kini, vaksin buatan India, Covaxin, belum diakui secara global.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDALAM -- Tertahan di sebuah desa di selatan India selama sembilan bulan, Sugathan PR berharap, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui vaksin Covaxin agar bisa kembali bekerja di Arab Saudi. Seperti Sugathan, jutaan orang India telah disuntik dengan vaksin Covid-19 buatan India itu dan banyak dari mereka mengeluhkan aturan perjalanan di sejumlah negara yang belum mengakui vaksin tersebut.

"Saya tak bisa terus berdiam diri seperti ini," kata Sugathan, 57 tahun, dilansir dari Reuters, Rabu (27/10).

Baca Juga

Dia kembali ke tengah keluarganya di desa Pandalam, Kerala, pada Januari setelah melewatkan pemakaman ayahnya tahun lalu ketika pandemi mengganggu penerbangan.

"Saya punya pilihan untuk pergi ke Saudi dan menerima (dosis tambahan) Covishield setelah karantina empat hari, tapi saya tidak yakin dengan efeknya pada kesehatan saya, pergi dan menerima vaksin yang disetujui Saudi," katanya sambil duduk di rumahnya yang luas dan menghadap sawah.

Senada dengan Sugathan, Rajan Pallivadakethil Unnunni, 59 tahun, yang dua tahun bekerja di Kuwait sebagai tukang las sebelum pulang ke India akhir tahun lalu, mengaku tidak bisa kembali bekerja karena Kuwait tidak mengakui Covaxin. Dia kini berjuang membayar pinjaman bank sebanyak 20 ribu dolar AS (Rp 283,5 juta) dengan menjual ayam di sebuah kios kecil di Kerala dan menghasilkan 4 dolar sehari (Rp 60 ribu).

"Jika saya tak bisa kembali ke Kuwait, saya tak akan mampu melunasi pinjaman dan membiayai pendidikan anak-anak saya," kata Rajan yang duduk di atas bangku plastik di depan kiosnya.

"Saya bisa membeli tiket ke Kuwait jika aplikasi Pemerintah Kuwait menunjukkan sinyal hijau pada Covaxin," tambahnya.

Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, Selasa (26/10) mengatakan, para ahli independen telah meminta klarifikasi tambahan dari pembuat Covaxin, Bharat Biotech, untuk penilaian akhir pada 3 November. Badan internasional itu telah mempertimbangkan data yang diberikan Bharat Biotech sejak awal Juli dan mengatakan tidak bisa mengambil jalan pintas dalam membuat keputusan.

Tanpa lampu hijau WHO, vaksin dua dosis Covaxin tak akan bisa diakui secara global. Ini akan menyulitkan warga India yang sudah menerima vaksin itu untuk pergi ke luar negeri. 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement