Rabu 27 Oct 2021 17:49 WIB

3 dari 5 Sekolah tak Punya Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun

10 juta anak Indonesia berpotensi tidak dapat melakukan cuci tangan secara konsisten.

Cuci tangan (ilustrasi).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Cuci tangan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr Imran Agus Nurali, berpesan kepada orang tua untuk membiasakan gaya hidup bersih dan sehat kepada anak-anak. Menurut Imran, salah satu alasan masyarakat belum mempraktikkan mencuci tangan dengan sabun secara konsisten karena faktor kebiasaan.

"Memang perilaku itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jadi harus berproses," ujarnya dalam diskusi daring bersama Wings Group, Rabu (27/10).

Menurut dia, perilaku itu akan lebih mudah dimulai sejak anak-anak tetapi juga akan lebih mudah lagi kalau ada contoh di rumah dan sekolah.

Imran mendukung kerja sama swasta dengan Unicef dalam program "Indonesia Bergerak Lawan Kuman" guna mempromosikan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sejak dini, khususnya cuci tangan pakai sabun. Menurut data Unicef, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya untuk mencuci tangan dengan sabun belum dipraktekkan secara konsisten. 

Di Indonesia, 78 persen rumah tangga memiliki fasilitas cuci tangan pakai sabun. Adapun di sekolah, 59 persen atau tiga dari lima sekolah tidak memiliki akses kebersihan dasar yaitu fasilitas cuci tangan pakai sabun, dengan air dan sabun. Akibatnya,10 juta anak berpotensi tak dapat melakukan cuci tangan secara konsisten.

Kampanye "Indonesia Bergerak Lawan Kuman" juga langkah untuk mendukung pemerintah dalam percepatan pengadaan akses air, sanitasi, dan kebersihan yang dikelola dengan aman serta berkelanjutan. Head of Public Relations Wings Group, Gabriella Da Silva, mengatakan, pihaknya turut mendorong edukasi orang tua dan guru-guru di sekolah tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun.

"Jadi kami juga pasti meningkatkan capability untuk orang tuanya. Istilahnya building capacity dari orang tua untuk bisa membangun keluarganya dulu nih. Unit paling kecil dari masyarakat yaitu keluarga baru nanti semakin besar sampai negara ini," kata Gabriella.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement