REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Akses masyarakat di sekitar Jalan nasional Sholeh Iskandar di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, terkendal. Pasalnya, pada ruas jalan ambles sedalam sekitar 50 centimeter di ruas tersebut akan diperbaiki permanen oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) pada 2022. Rencananya, jalan tersebut akan ditutup dari akses warga selama perbaikan dilakukan.
Diketahui, jalan yang ambles tersebut merupakan akses menuju Jalan Raya Cilebut, dan arah putar balik dari Jalan Sholeh Iskandar menuju kawasan Kebon Pedes. Jalan yang terletak di atas underpass itu mengalami penurunan tanah sedalam sekitar 50 centimeter.
Pantauan Republika di lokasi, petugas dari Kemen PUPR telah memasang beberapa rambu-rambu agar kendaraan beban berat tidak melewati jalan tersebut. Kendati demikian, kendaraan pribadi dan angkutan kota terpantau masih melintas.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Chusnul Rozaqi mengatakan, saat ini Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus berkoodinasi dengan Kemen PUPR untuk perbaikan jalan tersebut. Namun, dia belum mengetahui kapan tepatnya perbaikan jalan dimulai.
“Kami masih menunggu informasi dari pemerintah pusat. Tapi kami koordinasikan terus dengan mereka untuk perbaikan akses jalan. Kami fokus pada sosialisasi kepada masyarakat saat ada perbaikan jalan,” ujar Chusnul, Rabu (27/10).
Chusnul menjelaskan, sosialisasi tersebut berkaitan dengan akses jalan warga yang akan ditutup. Sehingga, bagi warga yang ingin pergi ke Stasiun Cilebut melalui Jalan Raya Cilebut, bisa melewati jalan lain.
“Nanti warga bisa lewat jalan baru untuk ases ke Jalan Raya Cilebut. Karena di sana harus ditutup total kalau ada perbaikan,” ujarnya.
Kepala Pengawas Lapangan PPK 5.2 Provinsi Jawa Barat, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional DKI Jakarta-Jawa Barat Kemen PUPR, Arimi Indira Suralena mengatakan, penanganan permanen di Jalan Sholeh Iskandar rencananya akan dianggarkan pada 2022. Di samping itu, pihaknya melakukan survey dan pengujian lebih lanjut untuk dapat dicarikan penanganan yang tepat dari masalah penurunan jalan tersebut.
Indri menyebutkan, beberapa alternatif penanganan sementara yang mungkin dilakukan yaitu retak pada jalan ditutup dengan Asphalt Sealant agar air tidak masuk kedalam timbunan. Bisa juga dengan pemasangan plat baja untuk membantu mengurangi beban dinding penahan tanah.
Sementara itu, terkait penanganan permanen hal itu sedang dalam pengajuan. Setelah ditinjau oleh tim teknis dari Kemen PUPR, rencananya penanganan permanen bisa dilaksanakan tahun ini atau pada 2022.
“Kemudian penanganan permanen, sedang diajukan. Apakah akan dilaksanakan tahun ini atau tahun depan,” ucapnya.
Terkait adanya penurunan tanah di sisi pembatas jalan sebelah kanan, Indri menjelaskan, hal itu terjadi lantaran dinding penahan tanah sudah tidak kuat. Sehingga, tanah mengalami penurunan dan berdampak pada jalan tersebut.
“Penurunan tanah ada sekitar 50 centimeter. Nanti akan dicek apakah dinding penahannya masih kuat. Penanganan sementara juga akan dibicarakan lebih lanjut,” ucapnya.