Rabu 27 Oct 2021 18:46 WIB

Asita: Warga Pasti Berlibur Meski Cuti Nataru Dihilangkan

Asita meyakini meski cuti nataru dihilangkan sulit mencegah warga liburan

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Calon penumpang pesawat terbang menjalani tes usap PCR di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10). Pemerintah berencana menjadikan tes PCR syarat wajib perjalanan untuk pengguna semua moda transportasi guna mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang libur Natal dan tahun baru (Nataru). Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Calon penumpang pesawat terbang menjalani tes usap PCR di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Selasa (26/10). Pemerintah berencana menjadikan tes PCR syarat wajib perjalanan untuk pengguna semua moda transportasi guna mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang libur Natal dan tahun baru (Nataru). Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) optimistis meski pemerintah meniadakan cuti bersama pada momen Natal dan Tahun Baru, kegiatan masyarakat untuk berwisata tetap mengalami peningkatan. Pasalnya, momen akhir tahun merupakan waktu masyarakat untuk menikmati liburan.

"Momen tahun baru ini agak unik, karena akhir tahun itu waktunya liburan bukan kerja. Masyarakat sudah jenuh bekerja setahun," kata Wakil Ketua Asita Budijanto Ardiansjah kepada Republika.co.id, Rabu (27/10).

Budijanto memahami, kebijakan peniadaan cuti bersama Nataru ditiadakan pemerintah demi mencegah adanya pergerakan masyarakat yang tinggi yang dapat menyebabkan penularan Covid-19 kembali meningkat. Namun, momen akhir tahun dinilai sulit untuk mencegah masyarakat tidak memanfaatkan untuk liburan.

Apalagi, kata Budi, perusahaan swasta justru banyak yang biasanya meliburkan diri menjelang pergantian tahun. Adapun lembaga pemerintah, program-program kerja maksimal diselesaikan sekitar tanggal 20 Desember.

Di satu sisi, pada masa pandemi, beban pekerjaan juga tidak begitu besar karena adanya keterbatasan aktivitas. "Saya tidak mau mengatakan kebijakan itu efektif mencegah kerumunan, tapi peniadaan liburan di akhir tahun itu rasanya tidak akan memberikan efek yang besar," ujarnya.

Adapun kebijakan pemerintah dalam menggeser tanggal merah dalam hari-hari besar sepanjang tahun ini, dinilai Budi memang efektif mencegah kerumunan. Pasalnya, itu dilakukan memang bukan dalam momentum liburan apalagi waktu libur juga terbatas.

Sejauh ini, Budi menuturkan, aktivitas wisata saat ini masih didominasi wisata jarak dekat. Khusus wisata jarak jauh yang memerlukan transportasi udara kembali mengalami kendala akibat aturan pemerintah yang mewajibkan tes PCR.

"Kemarin sudah sempat menggeliat cuma ada PCR jadi tersendat lagi. Kita masih menganalisa sejauh apa dampaknya. Meskipun biaya PCR  diturunkan tapi kan tidak semua orang punya uang berlebih," kata Budi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement