REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI menggelar Training of Trainer (TOT) Fasilitator Daerah, Rabu (26/10). Kegiatan ini diselenggarakan untuk mendukung program pengembangan literasi digital bagi guru dan tenaga kependidikan madrasah.
Dalam kegiatan ini para fasilitator daerah diberi pembekalan kompetensi literasi digital. Merekalah yang kemudian akan melatih guru dan tenaga kependidikan madrasah di beberapa daerah pilot project.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain, mengatakan pada era digital sejumlah pekerjaan atau profesi bisa tergantikan, melalui kecerdasan buatan (artificial intelligence). Namun ada satu profesi yang saat ini tak bisa tergantikan, yaitu guru.
“Sebagai pendidik, peran guru bukan sekadar melakukan transfer pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter siswa,” kata Zain dalam siaran pers, Rabu (26/10). Pernyataan ini disampaikan saat memberikan arahan pada agenda Training of Trainer Fasilitator Daerah Literasi Digital Madrasah di Bogor.
Zain meminta para guru madrasah selalu menyertakan hati dalam melaksanakan pekerjaannya. "Siswa harus disentuh semua potensi kecerdasannya termasuk estetika/seni. Karena dengan seni hidup jadi indah,” ungkapnya.
Selanjutnya, dalam rangka melakukan afirmasi pendidikan inklusif pada madrasah, tenaga pendidik penyandang disabilitas pun dilibatkan di dalam program penguatan literasi digital madrasah. Hal ini menjadi komitmen Kemenag untuk terus meningkatkan kualitas Madrasah Inklusif.
“Langkah ini sangat strategis untuk melahirkan calon-calon pendidik inklusi yang dapat meningkatkan kualitas pendampingan pembelajaran literasi digital di madrasah bagi anak berkebutuhan khusus,” tambah Zain.
Selain itu, menurut Zain, akses literasi digital bagi difabel juga perlu diperhatikan. Menurutnya, mereka merupakan pendidik yang istimewa. Bahkan tidak jarang, di tengah keterbatasan, mereka mampu menghadirkan berbagai inovasi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa.
Narasumber Literasi Digital bagi Pendidik Inklusif, Slamet Thohari mengatakan sarana penyampaian informasi di madrasah juga harus ramah difabel, di antaranya website madrasah yang harus ditambahkan fungsi accessibility statement bagi penyandang tunanetra.
Slamet menambahkan, konten pembelajaran di madrasah harus dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. “Konten harus dilengkapi dengan teks dan gambar yang jelas, sedangkan video bisa disertai dengan subtitle,” ungkapnya.