Peringatan Sumpah Pemuda, Hindari Benih-Benih Perpecahan
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir mengucapkan, selamat memperingati Sumpah Pemuda ke-93. Peringatan Sumpah Pemuda ke-93 sendiri mengangkat tema Bersatu, Bangkit dan Tumbuh.
Sejatinya, Sumpah Pemuda bermakna janji yang jadi tonggak kesadaran nasional dan memperkokoh persatuan. Yaitu, saat kaum muda dengan semangat progresif dan integritas luar biasa jadi kekuatan perekat yang deklarasikan satu Indonesia.
Dia berpendapat, dengan semangat untuk satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air, Sumpah Pemuda memiliki dampak luar biasa besar bagi Indonesia. Sehingga, Haedar menekankan, kehadiran Sumpah Pemuda mampu merekatkan persatuan nasional.
Rasa kesatuan rakyat Indonesia ini berpengaruh terhadap perebutan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah. Haedar berharap, Sumpah Pemuda yang jadi bagian dari sejarah harus tetap dijaga, terutama bagi generasi milenial.
"Sesungguhnya Sumpah Pemuda merupakan tonggak untuk persatuan Indonesia bangkit melawan penjajah menuju kemerdekaan," kata Haedar, Rabu (27/10).
Setelah 97 tahun, tentu kaum muda Indonesia perlu melakukan refleksi diri agar tetap jadi kekuatan yang mampu memaksimalkan potensi bangsa baik potensi SDM dan SDA. Sehingga, mampu mengejar ketertinggalan dari bangsa yang sudah maju.
Dengan semangat bersatu dan persatuan, Haedar yakin, pemuda Indonesia akan jadi pelopor yang merekatkan persatuan nasional di tengah keberagaman. Sebab, biaya mempersatukan bangsa tidak murah, dibayar darah dan nyawa pejuang kemerdekaan.
Karenanya, Haedar tidak ingin pemuda Indonesia menyia-nyiakan perjuangan para pahlawan yang mengorbankan darah dan nyawa. Terlebih, ia menekankan, saat ini kita menghadapi benih-benih perpecahan yang niscaya harus kita hadapi bersama.
Sebab, persatuan merupakan harga termahal dari sebuah masa depan dan eksistensi sebuah bangsa. Apalagi, ia mengingatkan, bangsa-bangsa besar akan hancur ketika pecah, sebaliknya bangsa-bangsa akan mampu menjadi maju karena bisa bersatu.
Menurut Haedar, pemuda Indonesia dari berbagai latar belakang yang beragam harus jadi kekuatan yang mempersatukan. Sebab, benih-benih perpecahan jangan sampai tumbuh meluas yang membuat rakyat semakin terpolarisasi dan pecah.
Haedar meyakini kunci kejayaan Indonesia ada di tangan anak-anak muda Tanah Air. Kebangkitan dan bertumbuh menjadi bangsa yang maju dan jaya kuncinya ada di pemuda, pemuda harus menjadi kekuatan produktif, cerdas, menguasai iptek.
"Dan jadi kekuatan yang membangun hubungan sesama bahkan melintas batas," ujar Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut.