REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai rapat kerja Komisi Pemberantasan Korupsi (Raker KPK) yang diadakan di Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta sebagai praktik pemborosan. ICW mengaku tidak heran dengan sikap hedon yang ditujukan pimpinan KPK era Firli Bahuri.
"ICW tentu tidak lagi kaget mendengar kabar Pimpinan KPK beserta pejabat struktural lainnya mengadakan rapat di hotel mewah Yogyakarta," kata Peneliti ICW, Kurnia Ramadhana di Jakarta, Kamis (28/10).
ICW mengkritik KPK yang tidak bisa mengeluarkan kebijakan yang efektif. Kurnia mencontohkan pemborosan anggaran di tengah pandemi terlihat ketika pimpinan KPK ingin membeli mobil dinas mewah dan tetap berencana menindaklanjuti kenaikan gaji mereka.
Dia mengatakan, tidak hanya secara kebijakan kelembagaan, bahkan figur pimpinan KPK periode kali ini memperlihatkan hal yang sama. Misalnya, sambung dia, ketika Ketua KPK Firli Bahuri menunjukkan gaya hidup hedonisme saat menggunakan helikopter mewah beberapa waktu lalu.
"Praktik pemborosan anggaran seperti itu memang sudah terlihat sejak Firli Bahuri cs menjabat sebagai pimpinan KPK," katanya.
Sementara, berdasarkan panduan peserta yang beredar di kalangan awak media, raker dimulai pada hari ini. Selanjutnya, ada pemaparan materi bertajuk Strategic Learning: Transformasi Organisasi menuju Purpose-Driven Organization yang disampaikan Ignasius Jonan.
Berikutnya, pada malam hari dilanjutkan dengan acara indoor team building yaitu fun game dan team work yang diikuti 55 orang peserta yang dibagi jadi lima grup. Sementara pada Kamis (28/10) besok acara dilanjutkan dengan paparan rapat tinjauan kinerja KPK.
Sedangkan Jumat (29/10) para peserta akan menuju Mapolsek Ngemplak Jogja untuk melaksanakan sepeda santai menuju Warung Kopi Klothok yang ada di kawasan Kaliurang. Setelah sepeda santai dilakukan, para peserta akan kembali ke hotel untuk mendengarkan arahan dan poin keputusan raker.