Kamis 28 Oct 2021 14:02 WIB

Merger Operator Telekomunikasi Positif Bagi Persaingan Usaha

Merger ibarat satukan dua kekuatan sehingga ciptakan kekuatan baru yang lebih besar

Red: Budi Raharjo
Menara BTS milik operator telekomunikasi terlihat dari Sungai Lintang, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Menara BTS milik operator telekomunikasi terlihat dari Sungai Lintang, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren konsolidasi bisnis terutama merger makin marak ketika pemulihan ekonomi bergulir cepat terutama saat pandemi Covid-19 melandai di negeri ini. Di sejumlah sektor, perusahaan skala besar kerap menempuh strategi merger untuk mengonsolidasikan bisnis guna menangkap peluang pertumbuhan usai pandemi.

Korporasi swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memilih strategi merger yang terbukti membuat kolaborasi bisnis makin solid dalam mengatasi persaingan pada masa depan. Sebut saja Gojek yang merger dengan Tokopedia, merger BUMN pelabuhan, hingga merger di sektor telekomunikasi.

Ekonom Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai strategi merger menjadi salah satu pilihan terbaik untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan teknologi, dan efisiensi operasional. Terlebih lagi di zaman disrupsi digital saat ini yang mengedepankan kolaborasi.

“Merger juga dapat membawa efek positif berupa persaingan usaha yang makin sehat dan efisiensi operasional sehingga menguntungkan konsumen secara luas,” ujarnya.