Kamis 28 Oct 2021 15:59 WIB

Puluhan Rumah di Pameungpeuk Terendam Banjir

Banjir terjadi akibat Sungai Cipalebuh meluap.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Banjir menggenang rumah warga di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut (ilustrasi)
Foto: Dok BPBD Kabupaten Garut.
Banjir menggenang rumah warga di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Puluhan rumah di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, terendam banjir akibat luapan Sungai Cipalebuh pada Rabu (27/10). Satu rumah warga yang berada di tepi sungai itu juga ikut terbawa air. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Satria Budi mengatakan, luapan Sungai Cipalebuh itu terjadi akibat hujan dengan intensitas tinggi yang turun pada Rabu sore. Luapan air dari Sungai Cipalebuh naik ke permukiman warga mencapai 50 sentimeter. 

Baca Juga

"Ada 26 rumah terdampak dan lima rumah dievakuasi. Selain itu, satu rumah hanyut terbawa air," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (28/10).

Ia menjelaskan, rumah warga yang hanyut berada persis di tepi Sungai Cipalebuh. Rumah itu sudah tak lagi ditempati. Alhasil, tak ada korban jiwa akibat kejadian itu. 

Menurut Satria, air yang merendam rumah warga mulai surut pada Rabu sekitar pukul 20.00 WIB. Usai air surut, warga kembali ke rumahnya masing-masing. 

Ia menilai, kejadian banjir di Kecamatan Pameungpeuk sudah biasa terjadi apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Menurut dia, BBWS sebenarnya sedang melaksanakan persiapan mitigasi berupa pelebaran dan penguatan drainase. Namun ketika perbaikan, sudah hujan. Alhasil, pekerjaan itu menjadi terganggu. "Tapi upaya normalisasi sudah mulai dilakukan oleh Kementerian PUPR," kata dia.

Selain banjir di Pameungpeuk, bencana tanah longsor juga terjadi di Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Satria menyebutkan, material longsor itu menutup jalan desa. "Itu sudah langsung dibersihkan oleh warga. Sudah normal kembali," ujar dia.

Satria mengatakan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), peningkatan curah hujan akan mulai terjadi pada November 2021 hingga Maret 2022. Karena itu, ia mengimbau masyarakat lebih waspada menghadapi kejadian bencana. 

"Kalau ada kejadian, segera menghubungi pemerintah desa atau kecamatan. Supaya kita bisa cepat mengantisipasi," kata dia.

Ia menambahkan, masyarakat juga harus meningkatkan lagi budaya gotong royong membersihkan kali atau gorong-gorong yang tersumbat. Sebab, akibat gorong-gorong tersumbat akan banyak muncul permasalahan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement