REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Moskow menghentikan aktivitas kerja dan menutup sebagian besar perkantoran usai lonjakan kasus harian covid meningkat di ibu kota Rusia tersebut. Dikutip dari AP News, Jumat (29/10), pemerintah setempat melaporkan bahwa angka kematian di Rusia mencapai 1.159 dalam 24 jam, angka tersebut tertinggi sejak pandemi terjadi di negara tersebut.
Jumlah kematian mencapai 235.057. Angka kematian ini disebut-disebut tertinggi di Eropa saat ini. Presiden Rusia, Vladimir Putin, dikabarkan telah memerintahkan warganya untuk tidak bekerja dari 30 Oktober hingga 7 November untuk memperlambat penyebaran virus. Dia juga mendorong daerah yang paling terkena dampak untuk memulai kebijakan itu lebih cepat, dan beberapa memerintahkan sebagian besar penduduknya tidak bekerja awal pekan ini.
Tidak hanya perkantoran, Moskow menutup taman kanak-kanak, sekolah, pusat kebugaran, tempat hiburan dan sebagian besar toko, dan mengizinkan restoran dan kafe hanya menyediakan layanan untuk dibawa pulang atau diantar. Toko makanan, apotek, dan perusahaan yang mengoperasikan infrastruktur utama tetap buka.
Akses ke museum, teater, ruang konser, dan tempat-tempat lain terbatas pada orang yang memegang kode digital di ponsel cerdas mereka untuk membuktikan bahwa mereka telah divaksinasi atau pulih dari COVID-19.
Putin juga telah menginstruksikan pejabat lokal untuk menutup klub malam dan tempat hiburan lainnya, dan memerintahkan orang yang tidak divaksinasi yang berusia lebih dari 60 tahun untuk tinggal di rumah.
Jumlah kasus harian baru di Rusia naik 40.096 pada hari Kamis. Angka itu melampaui rekor sebelumnya yang dicapai awal pekan ini. Pemerintah berharap masa tidak bekerja akan membantu mengekang penyebaran dengan menjauhkan sebagian besar orang dari kantor dan transportasi umum.
Namun, demikian banyak orang Rusia dengan cepat memanfaatkan waktu untuk liburan di tepi pantai menjelang musim dingin yang panjang. Penjualan paket wisata ke Mesir dan Turki juga melonjak.
Pihak berwenang menyalahkan lonjakan penularan dan kematian di Rusia disebabkan akibat lambannya vaksinasi di negara tersebut. Baru sekitar 49 juta orang Rusia atau sekitar sepertiga dari hampir 146 juta penduduk yang divaksinasi sepenuhnya.
Lambatnya vaksinasi dinilai akibat skeptisime publik yang meluas terhadap vaksin Sputnik V. Putin menyesalkan keraguan vaksin Rusia.
"Hanya ada dua pilihan untuk semua orang - sakit, atau menerima vaksin," kata Putin, pekan lalu.
Pejabat setempat juga mengusulkan agar mewajibkan vaksin untuk kategori pekerja tertentu. Namun, Putin dikabarkan menolak proposal untuk membuat mereka wajib bagi semua orang, dan menekankan bahwa mereka harus tetap sukarela.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, pada hari Kamis bahwa pihak berwenang akan melanjutkan upaya untuk membujuk orang Rusia untuk diimunisasi sampai tujuan mencapai kekebalan kolektif tercapai.
“Ini adalah kampanye berkelanjutan yang harus dan sedang dilakukan secara permanen,” kata Peskov.