REPUBLIKA.CO.ID,CHICAGO – Lonjakan intimidasi bernadakan anti-Muslim terus meningkat di pinggiran Kota Chicago. Hal ini sebagaimana laporan dari kelompok umat Islam setempat.
Dilansir di Chicago Sun Times, Jumat (29/10), intimidasi terjadi, misalnya, seorang siswa dengan ciri-ciri Timur Tengah ditanya apakah dia seorang "teroris" dengan nada tendensius. Seorang lagi bahkan diperintahkan untuk kembali ke Arab Saudi. Seorang wanita muda yang mengenakan jilbab diberitahu oleh kepala sekolahnya bahwa prasangka adalah sesuatu yang harus dia pelajari untuk dihadapi.
Lonjakan intimidasi tersebut baru-baru dirasakan terhadap siswa keturunan Timur Tengah di sekolah-sekolah pinggiran kota Chicago. Dewan Hubungan Islam Amerika memberikan pernyataan resmi bahwa permasalahan ini perlu segera ditangani agar tidak melebar.
“Setiap hari kami mendapat telepon dari anggota keluarga yang berbeda, distrik sekolah yang berbeda di seluruh pinggiran Chicago tentang intimidasi yang mereka alami. Biasanya, intimidasi datang secara bertahap sepanjang tahun ajaran. Tapi kali ini datang hanya dalam periode satu bulan dan (intimidasi) ini benar-benar mengkhawatirkan kami,” kata Pengacara Kelompok Islam di Chicago, Emma Melton.
Berdasarkan kelompok Islam di Chicago, pihaknya tidak dapat menunjukkan alasan spesifik untuk adanya lonjakan intimidasi tersebut. Mereka mengatakan belum melihat lonjakan serupa di dalam kota itu sendiri. Mereka mengatakan beberapa insiden termasuk keterlibatan langsung guru atau guru yang menutup mata terhadap insiden intimidasi pun kerap terjadi.
Untuk membantu memerangi intimidasi, kelompok tersebut meluncurkan inisiatif baru pada hari Kamis dengan meluncurkan situs Healsters.org. Situs ini menawarkan sekolah kesempatan untuk pelatihan "kesadaran budaya" dan "intervensi pengamat", serta mencantumkan hotline bagi siswa untuk menelepon jika mereka diganggu.
Direktur Eksekutif CAIR Chicago, Ahmed Rehab, menceritakan kisah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun meninggal awal tahun ini. Anak laki-laki itu meninggal akibat diintimidasi tanpa henti di sekolah. Rehab menggambarkan luka remaja itu sebagai "akibat yang ditimbulkan sendiri," dengan mengatakan keluarga sedang menunggu laporan akhir polisi dan koroner.
"Kami tahu bahwa intimidasi itulah yang mendorongnya ke lemari tempat senjata itu berada, terlepas dari apa yang terjadi setelahnya," kata Rehab.